Sabtu, 24 Maret 2018

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 5)


Aku Akan Menjagamu


Air mengalir dengan derasnya ke bak kamar mandi, suara yang begitu kencang silent suara yang lain. Andre terduduk lesu di lantai kamar mandi sambil memeluk lututnya, ku lihat dia tertunduk lesu tak seperti biasa. Aku nggak tau persoalan ini akan menjadi besar seperti ini, aku bingun kalau aku salah ngambil tindakan dapat berdampak lebih buruk.

"Ndre.... Kau kenapa sih? Nggak seperti kau yang biasa." tanyaku lembut.


Andre tak menggubrisku, masih sama keadaannya seperti tadi.

"Kalau ada masalah, ceritalah samaku. Abang nggak suka nengok kau kayak gini lah. Biasanya masa dodo kau sama apa yang terjadi." seruku ke Andre.

Andre menggelengkan kepalanya.

Aku nggak sanggup melihat kesediahan Andre seperti ini. Ku dekap tubuh Andre erat dan ku cium pipinya.

"Maafkan aku kalau aku tak bisa menjadi yang terbaik untukmu." ku bisikkan kalimat itu di telinganya.
"Baaanggg.... Saaakiit." ketus Andre.

Eh... Ternyata aku mendekap Andre terlalu keras ya. Waduh, bisa mati donk anak orang kalau kayak begini. Hihihi....

"Maaf... Maaf..." aku minta maaf sambil tersenyum melihat wajah Andre yang ku lihat sedikit membaik.

Andre menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, kita mandi aja dulu ya. Kalau lama-lama di kamar mandi nanti masuk angin." seruku.

Andre mengangguk lagi.

"Sekarang buka bajunya ya!" seruku.

Andre menatapku merasa aneh.

"Masak buka baju ada abang di sini, malu lah." seru Andre.
"Lah, orang sama-sama laki juga. Kau pun biasanya masuk ke kamarku main masuk aja nggak ketok pintu pas aku nggak pake baju." jabarku.

Andre berpikir sejenak.

"Iya lah." ketus Andre.

Andre berusaha membuka bajunya yang basah dan kotor itu tapi mengalami kesusahan.

"Sini biar ku bantu buka." seruku.
"Nggak usah, nanti kau ambil kesempatan." ketus Andre.
"Is... Mau ditolongi malah aneh-aneh pikirannya. Ya udah buka sendiri bajumu." seruku agak sedikit ngambek.

Andre berusaha melepas pakaiannya tapi mengalami kesusahan.

"Bantuin lah, nengoin aja kau itu." seru Andre.
"Yah... Tadi ku bantu kau nggak mau jual mahal, mati kau." cejekku.
"Kim*k kau lah." seru Andre.
"Hemmm... Mulutnya. Ku sodokkan kont*l baru tau." ejekku sambil aku juga melepas baju dan celanaku yang basah dan kotor tadi.
"Is... Sok keras." seru Andre.
"Cepat sini, biar ku sodok kont*l mulutmu. Hehehe...." aku pun melepaskan baju Andre yang kotor dan celananya juga menyisakan sempaknya dan sempakku saja.

Ku guyur air ke tubuh Andre dan tubuhku. Ku ambil shampo dan ku shampoin rambutku dan rambut Andre.

"Duh... Kim*k, pedih anj*ng." Andre mengumpat karena matanya kena shampo.
"Berisik, bentar." ku guyurkan air ke kepalanya dengan banyak.

Andre mandi berdiri walau sebenarnya pijakannya tertumpu pada satu kaki karena kaki yang satunya sakit. Ku bersihkan badan Andre dengan guyuran air dan ku usap-usap tangan dan persendiannya.

"Ndre, tangan kau luka nie." seru ku.
"Iya..." jawab Andre.

Ada beberapa luka baretan bekas kayu patahan di tangan kanannya dan luka juga di kaki kanannya.

"Duh... Duh, pedih bang." seru Andre sambil agak mengaduh.
"Bentar, dibersihkan dulu lukanya." jawabku.

Aku senang suasana Andre sudah sedikit lebih ceria ketimbang tadi. Setelahnya aku shampoan dan sabunan terus menyabuni tubuh Andre juga karena Andre masih sulih gerak.

"Geli bang." ketus Andre saat aku menyusuri bagian perus dan sekitaran ketek Andre.
"Kayak cewek kau Ndre." ejekku.
"Is... Bujang (mem*k/pep*k)." seru Andre jengkel.
"Hehehe...." tawaku.
"Ah...."

Tiba-tiba Andre terpeleset dan aku segera menahannya karena seperti tadi Andre hanya bertumpu pada satu kaki karena kaki kanannya cedera. Aku memeluk Andre erat seolah tak ingin melepaskan pelukan ini.

"Anj*ng, Kont*l kau jegang bang." seru Andre di pelukanku ngeracau karena kont*lku nempel di perutnya.

Aku nggak perduli apa yang dikatakan Andre, aku tetap saya memeluknya erat dan serasa tak ingin melepaskan pelukan ini.

"Aku menyayangimu, jadi jaga dirimu baik-baik." bisikku di telinga Andre.

Suasana menjadi tenang dan hening walau ada backsound suara air keran ke dalam bak mandi. Waktu seolah berhenti dan terasa sangat lama. Andre akhirnya memelukku erat. Dan...

"Maaf bang kalau aku selama ini suka gangguin abang." suara Andre lirih dengan tangisnya terisak di pelukanku.
"Sudah-sudah jangan nangis, anak laki kok nangis." ketusku.

Andre berusaha menahan tangisnya dan mengencangkan pelukannya erat di tubuhku. Ku lerai pelukan ini dan ku tatap wajah Andre yang tertunduk malu karena tangisnya tadi yang sampai saat ini masih terisak-isak. Ku angkat wajahnya tegak dan pandangannya mengarah padaku, ku hapus air matanya dan....

Cupzzz....

Bibir ini pun bersatu.

Ku peluk tubuh Andre tapi bibir ini masih tetap bersatu. Perlahan ku buka mulutku dan Andre pun mengikutinya. Lidah ini pun bertemu dan saling beradu dan menari. Aku benar-benar menyayangi Andre dan rasa ini aneh tak bisa ku tepiskan. Setelah selang beberapa menit mungkin 1 atau 2 menit ku akhiri ciuman ini.

"Woi..." ku selentik keningnya.
"Sakit anj*ng." seru Andre.
"Cepat sikit kau mandi, nanti masuk angin." ejekku.
"Kau nya yang buat lama mandinya bab*." seru Andre marah.
"Hahahaha...." tawaku.

Aku pun mengguyurkan air itu ke tubuh Andre dan tubuhku. Item terakhir yang ku kenakan juga ku lepas yaitu sempakku.

"Is... Nggak malu." ejek Andre tapi matanya tetap fokus melihat kont*lku.
"Laki sama laki aja kok, masing-masing punya. Hahahaha.... Jangan-jangan kau cewek sebetulnya." ejekku ke Andre.
"Kepala otak kau aku cewek." seru Andre ngamuk.
"Terus, takut kau buka sempak? Tau kecil kont*l kau kan makanya malu kau." ejekku lagi.
"Is... Anj*ng. Nah kalau kau mau tengok buktinya." seru Andre sambil pelorotkan sempaknya.
"Lumayan punyamu untuk anak SMP." ketusku.

Andre pun melepas sempaknya dan handukan. Aku juga handukan setelah Andre dan memakai celana pendek dan singlet yang ku bawa dari kamarku tadi. Andre ku pakaikan celana pendek ganti yang dikasi mamaknya tadi tanpa ada kaos. Badannya ku tutupi handuk saja. Badan Andre ku papah keluar dari kamar mandi, dan Andre berjalan tertatih. Andre ku dudukkan di ruang tamu rumahnya dan aku izin bentar ke kamarku untuk ambil obat merah yang kali itu dikasi mamaknya pasca pertarungan dengan tim Danu. Segera aku menaiki tangga dan turun lagi setelah mengambilnya. Tapi...... Aku pun terdiam di tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2 kostanku, mataku tertuju pada ruang tamu.

Andre....

"Teros lah kau buat masalah. Tiap-tiap hari mamak si Bernat datang lapor anaknya kau apain, nggak adanya otakmu? Nggak nya kasihan kau nengok mamakmu?" mamak Andre terus memeari Andre.
"Mamak lah! Aku terus yang salah. Bukannya mamak dengarkan cakap anak mamak sendiri." seru Andre.
"Melawan pulak kau, bukannya kau dengar cakap mamak kau. Memang anak durhaka nya kau itu. Dah lah bapak kau pergi nggak jelas, kau pun melawan aja kerjau kau itu. Makan ati aku makan ati aku kau buat, betol." amuk mamak Andre sambil merepet panjang.
"Mampos lah." seru Andre sambil bangkit dari tempat duduknya ke arah pintu.
"Kim*knya anak ini ditinggalkannya pulak aku. Hei Ndre... Mau ke mana kau?" teriak mamak Andre.
"Usah urus-urus aku, aku benci sama mamak." teriak Andre segera meninggalkan rumah.
"Anak kurang ajarnya ini!" teriak mamak Andre.

Aku pun segera turun menghampiri mamak Andre yang sedari tadi hanya melihat dari kejauhan aja.

"Tenang Nde... Andre hanya butuh waktu sendiri." jelasku.
"sabar Nde." tambahku.
"Is... Mati kali aku dibuat anak ini loh bang. Dah lah, terserah dia situ, dah capek aku ngurusi dia." seru mamak Andre kesal kemudian meninggalkanku.

Aku bingung harus berbuat apa, keadaan seperti ini tidak mengenakkan sekali. Serba salah. Sesegera mungkin aku pergi mencari Andre yang kabur lagi dalam sehari ini. Entah apa yang terjadi, yang jelas kondisi emosional Andre nggak stabil. Mungkin mamak Andre juga memiliki kondisi emosional yang nggak stabil juga yang membuat kondisi seperti ini terjadi.

Menyusuri lorong sempit di sekitaran gang-gang rumah Andre tapi aku belum menemukannya. Aku yakin Andre belum pergi jauh, tapi dengan banyaknya gang bisa lama aku menemukannya. Hemmmm.... Kira-kira Andre pergi ke kiri atau kanan? Lurus atau malah berbalik arah. Ais.... Ya sudahlah, cek satu-persatu.

Setiap orang yang ku temui ku tanyai tentang keberadaan Andre, tapi nggak ada yang liat juga. Apa Andre malah dibawa begu ganjang (hantu panjang)? Oh... Tidaaaaakkkkk..... Jangan sampai terjadi ah. Duh..... Ngacau nie pikiran. Hemmmm..... Aku masih berjalan modar-mandir menyusuri gang demi gang, tapi sampai sekarang belum ketemu tuh si Andre. Kayaknya aku salah ambil arah nie. Aku segera mengambil jalan memutar dan menyisiri gang demi gang yang berlawanan arah dengan yang tadi ku ambil. Apa nggak bisa tanya ke google aja dimana Andre berada. Aku khwatir dengan kondisi Andre yang saat ini juga lagi terluka, kaki kanannya kayaknya masih sakit tuh keseleo kayaknya tapi sekarang dipaksain jalan. Aku khawatir terjadi apa-apa sama tuh bocah, soalnya lagi galau berat tuh bocah. Aku berjalan menyusuri jalan ke arah jalan raya, aku melihat banyak kerumunan orang di sana. Hatiku jadi deg-degan, perasaanku kok nggak enak. Apa yang terjadi di sana ya?

"Pak! Ada apa itu?" tanyaku kepada salah satu warga yang pulang dari krumunan itu.
"Iku dek, eneng kecelakaan." jawab bapak itu dengan logat jawa yang kental.
"Kecelakaan apa pak?" tanyaku penasaran dengan jantung berdebar tak karuan.
"Pick up nabrak anak-anak nyebrang tadi. Wong anak iku nyebrangnya nggak liat-liat. Nyelonong bae." papar bapak paruh baya tersebut dengan wajah berapi-api.
"Terus anak itu mana sekarang pak?" tanyaku mulai panik.
"Wes digowo neng rumah sakit tadi dinaikkan becak." papar bapak itu lagi.

Gawat...

Aku langsung berlari ke arah kerumunan massa itu. Ada sedikit bercak-bercak darah di jalan aspal itu. Duh... Bertahanlah Andre! Aku berlari sekencang kencangnya ke arah kostan, aku akan ke rumah sakit terdekat pake zaki motorku. Ketika berlari aku seperti melihat bayang-bayang Andre, aku pun menghentikan langkahku. Apakah aku berhalusinasi? Atau Andre sudah mati, terus yang tadi adalah hantunya?

Tidaaaaakkkkkkkk......



Ku susuri sebuah lorong sempit sebelum kostan dan aku ingin bertemu dengan hantu Andre. Aku kok jadi merinding ya? Perasaanku nggak enak. Bener ya kalau orang mati terus arwahnya gentayangan, atau itu hanya jin yang menyerupai saja. Tapi bener kayaknya aku melihat Andre di lorong gelap ini, tapi aku juga memiliki perasaan nggak enak tentang kecelakaan tadi. Kok jadi angker gini ya cerita ini. Weleh....

Sudah deh, stay focus. Aku harus bergegas ke rumah sakit. Aku berlari kencang ke kostanku dan mengeluarkan zaki dari tempat persembunyiannya. Engkol bentar....

Brummmm.....

Aku melaju melintasi jalanan sempit sekitaran kostanku dan terus melaju kencang menuju rumah sakit terdekat. Sesampai di rumah sakit aku ke bagian informasi dan menanyakan prihal kecelakaan yang barusan saja terjadi antra mobil pickup dengan seorang bocah laki yang mungkin umurannya sekitran 12 tahun.

"Permisi sus... Ada korban kecelakaan anak remaja yang ditabrak pickup nggak di sini susu yang kejadiannya baru saja tadi sekitar 15 menit atau 30 menit lalu?" tanyaku ke suster jaga.
"Tunggu sebentar ya pak biar dicek dulu." jawab suster jaga.
"Iya..." jawabku.
"Maaf pak, datanya belum ada masuk." jawab suster jaga.
"Makasih sus." seruku sambil berlari meninggalkan bagian informasai tadi.

Aku melintasi sebuah ruangan, IGD. Ada apa dengan IGD, terdengar ada keributan di sana. Aku mendengar ada tangis bocah meringis kesakitan dan ada juga tangisan seorang ibu-ibu. Aku mendekat ke keributan itu dan makin jelas suara itu ada juga ceksok seorang bapak tua yang kurus dengan kumis tebal sedang debat dengan pihak rumah sakit. Aku nyimak apa yang terjadi dan ternyata....

Buset dah...

Ternyata yang kecelakaan anak ini tadi yang ketabrak pickup dan dari tadi belum ditangani karena ortunya nggak punya biaya yang bekerja cuma narik becak. Syukurlah bukan Andre yang ketabrak tadi, tapi pihak rumah sakit tegaan melihat hal seperti ini. Benarkah orang miskin dilarang berobat? Kacau deh. Aku mundur dari kerumunan itu tapi aku mendengar suara lirih bocah itu.

"Sakit mak... Sakit mak..."

Hiks... Hiks....

Aku terbayang Andi dan Andre berada di posisi itu. Anj*ng....

Aku berbalik dan membentak petugas rumah sakit.

"Bawa adekku masuk, biayanya aku yang tanggulangi." dengan wajah merah marah aku memecah kericuhan itu.
"Iya pak, sabar pak. Kita tangani adek bapak." jawab petugas rumah sakit berusaha menenangkanku.

Aku pun dibawa ke bagian administrasi dan diminta data-datanya yang nantinya baru diberikan perincian biayanya setelah selesai penanggulangan pertamanya. Aku benci rumah sakit seperti ini, rumah sakit yang nggak memiliki hati. Rumah sakit yang menyelamatkan nyawa orang yang berduit saja. Bocah tadi sedang ditanggulangi di IGD sedangkan kedua orang tuanya menghampiriku. Ibunya menangis terharu melihat tindakanku dan ayahnya memelukku sambil mengucap-ucap syukur dan terimakasih yang mendalam.

"Sebentar pak, saya mau telpon dulu." izin saya mau menelepon.
"Iya dek, silahkan." jawab bapak tersebut.

Aku pun menjauh dari kedua orang tua bocah tadi dan...

"Halo, yah!"
"Ya. Abang sehat?"
"Alhamdulillah yah sehat."
"Alhamdulillah."
"Yah, abang mau minta tolong yah."
"Apa itu bang?"
"Kirimin duit ya sekitar empat empat juta ya."
"Loh, buat apa? Untuk biaya abang kan seharusnya masih ada ayah kirim."
"Bukan untuk abang yah, tadi di sini adekku kecelakaan ditabrak pickup terus pickupnya kabur nggak tanggungjawab. Terus adeknya dibiarin di luar rumah sakit karena nggak ada biaya orang tuanya."
"Astaghfirullah.... Itu adekmu dari mana?"
"Ehmmmm.... Teman aja yah."
"Oh... Ya sudah, ayah kirim sekarang ya."
"Iya yah. Terimakasih."

Aku pun mengakhiri perbincangan dengan ayah di telpon. Ada notifikasi masuk, hemmmmm..... SMS banking.

"Oke."

Penanganan pertama sudah kelar dan Yoga tertidur dengan tenang, mungkin efek obat penenang. Hemmmm..... Yoga? Yups... Nama bocah ini Yoga umur 10 tahun dan masih duduk di bangku SD kelas 5, anak ketiga dari Bapak Suheri dengan Ibu Sugiarti. Pak Suheri bekerja sebagai tukang becak (betor) dan Buk Sugiarti yang kerap disapa Buk Ati adalah penjual lontong yang sebenarnya nggak jauh dari kostanku dekat pajak (pasar) tempat mamak Andre jualan sayur. Aku nggak pernah tau kalau ternayata mereka punya anak laki yang masih bocah. Bocah yang berkulit putih berambut poni. Wih... Cakep deh. Aku elus rambut Yoga yang tertidur dan memberikan uang pegangan secukupnya untuk orang tua Yoga. Yoga diagnosa mengalami keretakan tulang pada kaki kirinya. Ada beberapa luka juga di bagian kaki dan tangan Yoga. Duh... Kasihan. Aku mohon undur diri dan aku besok janji akan ke sini jenguk abis pulang sekolah. Aku izin dan cap cus... Go...

Waduh....

Aku kelupaan Andre, sudah sekitar sejam setengah aku di sini dan aku harus kembali cari Andre. Gawat.....

****

Tak lama berkendara aku pun sampai di kostan dan keadaan kostan masih sepi. Aku pun menaiki tangga dan kembali ke kamarku, kepalaku pusing karena masih belum menemukan Andre. Sekarang sudah jam sepuluhan malam dan aku pun membuka pintu kamar dan masuk ke kamarku.

"Andre!"

Ternyata aku menemukan Andre di kamarku.

"Kau kok bisa ada di sini" tanyaku.
"Lapar aku, kau kan biasa ada simpan makanan di sini." seru Andre sembari memakan roti isi ku.

Ternyata kamarku dan berantakan dan cemilanku juga telah di makan sama nie anak. Buset... Aku capek cari dia di luar.

"Kau dari mana aja?" tanyaku.
"Kau nya entah kemana aja, dah ku tungguin pun kau di sini lama." seru Andre.
"Nyari kau lah bod*t. Sampek ke rumah sakit aku cari kau tadi karena ada kecelakaan di depan." seruku merah padam.
"Sok-sok." lirik Andre nggak percaya.
"Hemmmm..... Mampos lah." seruku jengkel.
"Kau kemana tadi?" tanyaku lagi.
"Sak berak aku. Boker." jawab Andre dengan wajah tanpa dosa.
"Puk*mak. Di sini aja rupanya kau nggak kemana-mana. Aku dah keliling dunia cari kau." seruku merah padam.
"Hahahaha..." ejek Andre.
"Nggak balek kau Ndre ke bawah, dah malam nie. Nggak tidur kau?" tanyaku.

Andre tertunduk dan terdiam.

"Aku nggak mau sama mamak." Andre merajuk sedih.
"Ya sudah deh. Malam ini tidur di sini aja sama abang." seruku.

Aku rangkul Andre yang tengah duduk di kasurku dan aku juga duduk di sebelahnya. Aku paham kesedihannya sanmgat sedih. Aku akan menjagamu Andre.

"Woi... Jangan kau abiskan rotiku, aku belum makan." seruku cairkan suasana galau ini.
"Hahaha... Dah abis, tinggal yang di mulutku ini." ejek Andre.

Aku pun menerkam Andre dan bergumul bersamanya di kasurku. Tanganku ditahan Andre agar tidak dapat menjangkau mulutnya. Tenaga Andre cukup kuat karena dia sering kerja keras bantu emaknya, jadi emang lawan yang enggak mudah. Tapi aku nggak akan mudah menyerah seperti ini, masak kalah sama bocah. Hemmm... Kalau tangan nmggak bisa, gimana kalau ambil pake mulut langsung.

Cupz....

Bagai induk burung yang kasi makan anaknya. Mulut kita bersatu dan roti ini pun menjadi penghubung. Selai cokelat itu meleleh di bibir Andre. Aku jilati bibir Andre yang ada lelehan cokelatnya. Menikmati roti isi cokelat dengan sentuhan bibir Andre yang eksotis.

"Is... Jijik." seru Andre karena bibirnya ku jilat.

Aku pun menelan kunyahan roti isi cokelat terakhirku di mulutku.

"Hahaha... Biarin." seruku.

Andre menolak tubuhku dan melap bibirnya yang tadi ku jilati.

"Duh.. Duh..." sura Andre mengaduh.
"Kenapa kau Ndre?" tanyaku mendekat lagi.
"Ini, sakit." seru Andre sambil liatkan bekas luka-luka tadi.
"Oh... Iya, lupa belum diobati." jawabku sambil cengar-cengir.
"Kau nya kau bawa-bawa obat merahnya." seru Andre.
"Kau nya entah kemana." jawabku.
"Kau lah yang entah kemana." jawab Andre.
"Dah... Dah... Sini obati dulu lukanya." seruku.

Aku pun mengobati luka Andre dengan obat merah.

"Duh... Duh... Pelan aj*ng." seru Andre meringis.

Tak...

Ku getok kepalanya.

"Tahan lah, kayak cewek. Punya kont*l pun lembek kayak cewek." ejekku.
"Anj*ng. Ah... Duh duh." suara Andre.
"Dah. Makanya kau jangan lasak jadi orang. Ngapain lah kau ke sana sore itu sampek jatuh ke rawa?" tanyaku.
"Karena kau nya itu." seru Andre.
"Kok aku pulak. Kau yang jatuh salah kan orang. Ku tengok pun enggak kau." seru ku gemez dengar jawaban Andre yang khas nyalahkan orang.
"Karena kau datang." seru Andre.
"Lah, aku kan cariin kau." jawabku.
"Iya, aku tau kau cariin aku. Maknya aku sembunyi ke dahan pohon itu biar nggak jumpa kau itu, tapi lapuk dan patah pohon kayunya." jawab Andre kesel.
"Mampun kau. Hahahaha...." sejekku.
"Diam kau anj*ng. Bising." seru Andre marah.
"Terus yang sama mamak kau itu masalah apa?" tanyaku.
"Masalah si Bernat lah. Mamak si Bernat itu mulutnya suka ngadu domba. Panjang muncungnya, makanya nurun sama anaknya si Bernat. Si Bernat suka ngompor-ngomporin kalau ada apa di sekolah, makanya aku telapkan kepalanya. Geram aku dibuatnya. Tapi mamakku pun kayak ta*k, asik anak orang dibelanya." papar Andre.
"Hus... Nggak boleh gitu ngatain orang tua, nanti kualat kau. Tapi emang kau dah kualat. Hahaha...." ejekku.
"Kayak anj*ng mulut kau." seru Andre marah.
"Terus kau yang keluar itu sak boker?" tanyaku.
"Issss... Ya boker lah. Ada paok-paoknya anak ini. Layas kali muncungnya." seru Andre ngamuk sambil pukulkan bantal ke kepalaku.
"Ha ha.... Ngajak perang kau? Berani?" ancamku.
"Nggak takut aku sama kau anj*ng." tatap Andre serius.
"Dah dah.... Dah malem. Tidur lah!" seruku.
"Siapa kau atur-atur hidupku." seru Andre.
"Bangke nya anak ini. Tidur kau, besok sekolah, aku juga mau sekolah besok. Dah dah... Tidur!" seruku sambil matikan lampu dan kunci pintu.
"Is... Dah dimatikan pulak lampunya." seru Andre.
"Jangan banyak cakap. Tiiiiiduuuuuurrrrr......" seruku sambil melompat memeluk Andre.

Bersambung.....

________________________________

Mozaik berikutnya.

Gawat, aku telat bangun.

"Ndre... Bangun, nggak sekolah kau?" seruku.

Duh... Perutku mules tapi bilik kamar mandi penuh semua. Perlahan ku gedor pintu kamar mandi yanga da biliknya dan ada yang buka aku langsung masuk, ternyata si Raza.

"Maaf Za kalau main masuk terus dah nggak tahan. Emmmmm... Ah...."
"Iya... Nggak apa."

So Nice... Kesempatan langka.

****

"Jam berpa sekarang ini?" bentak pak satpam.
"Iya pak, maaf." jawabku.
"Baris di situ sama berandalan yang telat di sana."

Matahari pagi menyinari tubuh ini. Banyak juga siswa yang telat dan beberapa teman sekelasku si Rio dan Angga.

"Kok telat kelen?" tanyaku kepada Rio dan Angga.
"Biasa, matematika." jawab mereka sambil tertawa.

"Si bodoh itu." ujar Danu dkk yang melintasi barisan siswa telat.
"Mampus kau idiot." ejek Andi.

Weleh, malah di mampusin.

****

Sore hari...

"Ndre! Mau iku kau?" tanyaku.
"Ke mana?" seru Andre.
"Ke ruamh sakit." jawabku.
"Nggak sakit pun aku Cuma lecet sikit pun ini." jawab Andre.
"Bukan mau ngobatkan kau, tapi mau jenguh seseorang di sana yang kecelakaan tadi malam." seruku.

Aku dan Andre ke rumah sakit.

Kayaknya Andre nggak suka sama anak itu, apa salah bocah itu ya sama Andre? Apa ada permasalahan pribadi?

Atau...

Andre cemburu aku perhatian sama bocah ini.

Buset.........

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 6)
Aku Akan Menjagamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar