Sabtu, 07 April 2018

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 6)


Pilihan Andre

Kepalaku masih terasa berat ditambah berat seseorang yang menimpaku. Suasana kamar masih gelap dan aku pun masih mengucek-ngucek mataku. Tangan Andre melingkar di tubuhku yang tak beralaskan kain, karena aku hanya menggunakan boxer saja saat itu. Andre mengenakan kaos merah tanpa lengan dengan list putih di bagian samping kiri kanannya dan mengenakan celana bola pendek berwarna biru tanpa sempak.

Loh, kok nggak pake sempak?
Biasa lah si Andre emang malas pake sempak kesehariannya. Tapi menurutku kalau mau tidur itu baiknya sempak dilepas biar si dedek bebas berkembang dengan sempurna.

Ku peluk Andre dan ku cium keningnya. Semakin hari aku semakin menyayangi Andre bak adekku sendiri. Ku peluk erat tubuhnya yang hangat di tengah dinginnya pagi, begitu tenang dan tentram. Masih terngiang dalam benakku apa yang terjadi malam ini, sebuah tragedi yang panjang dari kemaren sore kayaknya. Ku ciumi pipi dan leher Andre dan ku cium bibirnya yang tak ada respon karena masih offline 100%. Nie anak susah bangun, jadi kalau diapain aja kayaknya nggak bakal bangun. Bahagianya hatiku.

Ku lihat jam hp ku telah menunjukkan jam 7 pagi. What? Jadi dingin dan gelap apakah cuaca mendung bukannya masih kepagian? Waduh.... Aku berusaha bangunkan Andre yang sekarang ternyata sudah jam 7 pagi.

"Ndre.... Ndre... Bangun kau, dah pagi. Kesiangan kita." seruku sambil goyang-goyang badan Andre kencang.
"Hemmmm....." suara Andre masih ngelindur.

Duh... Parah nie anak. Gimana nie?

Aku bergegas turun dari tangga meninggalkan kamarku tapi nggak tega ninggalin Andre sendirian, aku berbalik mengangkat Andre dan menurunkannya ke lantai dan ku dudukkan.

"Ndre... Bangun, dah telat ini." seruku sambil berusaha bangunkan Andre dengan mengguncang tubuhnya keras.

Ku ambil air dari dispenser yang ada di kamarku sedikit dengan menggunakan cangkir plastik pendek yang berwarna hijau. Ku usapkan air itu ke wajah Andre.

"Fuuuuu...." sura Andre sambil membuka matanya.
"Bangun kau Ndre." seruku sambil berusaha memberdirikan Andre.

Aku membawa Andre turun menuruni tangga. Ku masukkan ke kamar mandi khusus keluarga Andre dan aku bergegas ke kamar mandi umum yang biasa dipake kuli untuk mandi. Semua kamar mandi penuh dan masalahnya aku sesak kencing sekarang, apa yang harus ku lakukan. Perlahan ku gedor pintu kamar mandi dan berharap ada yang mau gantian bentar, soalnya dah diujung nie. Duh..... Ada sebuah pintu terbuka pas ku gedor-gedor dan aku nyelonong aja masuk tanpa pikir panjang.

Zrrrrrrrrreeeeeettttttt.....

Buzzz.....

Crut crut.........
(Gimana ya suara pipis? Jadi bingung)

Ah.... Lega.

"Maaf Za kalau main masuk terus dah nggak tahan. Emmmmm... Ah...." seruku.
"Iya... Nggak apa." jawab Reza.

Perlahan ku palingkan pandangan ku dari tit*tku karena dah kelar pipis, ternyata ada seseorang yang menatapku serius sambil melongo. Aku senyum kepadanya dan tangannya langsung menyembunyikan tit*tnya yang kayaknya agak menegang tadi. Seseorang tanpa sehelai kain pun di bilik kamar mandi yang ku masuki tadi. Hehehe...

"Santai aja Za..." seruku karena ku mengenali orang yang ku tatap sekarang.
"I i iya mas." jawab Reza kaku sambil wajahnya memerah.
"Lah... Itu ngapain ditutupin?" tanyaku.
"Nggak apa mas. Malu mas." seru Reza.
"Ngapain malu. Masing-masing punya kok. Nie punya ku...." seruku nakal sambil perlihatkan punyaku.

Reza curi-curi pandang melihat tit*tku sambil terdiam membisu.

"Aku numpang mandi di sini aja ya, soalnya aku kesiangan nie. Aku pake sabunmu ya!" seruku.
"I i iya mas. Silahkan...." jawab Reza gugup.

Perlahan aku melucuti pakaianku santai dan mengguyurkan air ke tubuhku.

"Nggak mandi kau? Kok diam aja Za?" tanyaku.
"Ng nggak apa mas. Mas duluan saja, gayungnya juga Cuma satu." jawab Reza.
"Hemmmm... Ya sudah kita bareng aja, lagian sabunnya juga cuma satu." seruku sambil tersenyum penuh maksud.
"Jangan dipegangin terus, nggak lepas kok." seruku ejek Reza yang sedari tadi tutupi tit*tnya dengan tangan.

Reza hanya terdiam malu di hadapanku. Tubuhnya yang putih atletis terekspos walau tangan dan wajahnya agak birong karena terkena sianar matahari terus kayaknya di luar. Perlahan kau membuka dua tangannya yang menutupi selangkangan Reza, dan tampak sebuah tongkat sakti yang tegak menantang dunia.

"Wah... Gede." seruku.
"Nggak ah mas, punyaku kecil mah dibanding punya mas." jawab Reza polos.
"Nggak juga ah, dah SNI itu." seruku.
"Apa itu mas SNI?" tanya Reza.
"Standar Nasional Indonesia." jawabku sambil cengir-cengir cairkan suasana.

Aku pun segera sabunan dan tubuh Reza ku siram air. Hahaha... Ku dekap Reza dari belakang dan ku sabuni tubuhnya menyusuri lekukan tubuhnya. Dia diam saja nggak ada respon penolakan atau apa gitu. Nice... Aku pun lebih leluasa menyusuri setiap lekukan tubuhnya.

Tap....

"Jangan mas, isin mas." bisik Reza.
"Malu kenapa? Nggak ada yang liat juga." seruku.

Nafas Reza memburu dan tit*tku pas berada di belahan bokongnya bak kartu kredit.

Ehhhhmmmmmmmmmm.....

Suara Reza tertahan dan lututnya sudah dah kuasa menahan tubuhnya. Ku tahan tubuh Reza dan masih sambil bermain sabun. Setelah cukup waktu dan tenaga Reza sudah pulih aku sabunan segera dan segera selesaikan acara mandi dan bergegas ke kamarku. Sepertinya ada suatu yang terlupa olehku. Waktu....... Aku kan tadi telat bangun, kok berlama-lama dikamar mandi bareng Reza sih? Mampus dah.

Segera aku mengenakan seragam capcus mengenakan zaki tanpa sarapan pagi. Mengendarai zaki dengan kecepatan tinggi walau zaki enggan kebut-kebutan. Hemmmm.... Yang parahnya kalau dan jam segini lewat jam 7 pagi, di jalan tambah macet. Buset dah...

*****

Sesampainya di sekolah.

"Jam berpa sekarang ini?" bentak pak satpam.
"Iya pak, maaf." jawabku.
"Baris di situ sama berandalan yang telat di sana."

Matahari pagi menyinari tubuh ini. Banyak juga siswa yang telat dan beberapa teman sekelasku si Rio dan Angga.

"Kok telat kelen?" tanyaku kepada Rio dan Angga.
"Biasa, matematika." jawab mereka sambil tertawa.
"Eh... Ada apa dengan matematika?" tanyaku.
"Nggak apa, malas aja liat gurunya. Hahaha...." tawa Rio dan Angga.

Memang sih guru matematikaku killer banget, jadi wajar aja ada siswa yang telat disengaja bair nggak ketemu smaa kuru yang killer ini, tapi mana bisa selamanya menghindar kayak gini. Gawat generasi muda ini.

"Si bodoh itu." ujar Danu dkk yang melintasi barisan siswa telat.
"Mampus kau idiot." ejek Andi.

Weleh, malah di mampusin.

Setelah jam pelajarn pertama usai maka kami diperbolehkan memasuki kelas, waktu jam istirahat juga dah tiba. Aku pergi ke kantin dan mencari Andi. Wah... Hari ini Andi jajan apa ya? Kok aku jadi kepo kayak gini ya. Entah lah, biarkan saja.

"Ari... Ini alamat rumah Andi." tiba-tiba sesosok wanita tidak cantik menghampiriku, Susi sang inforgirl.
"Okeh... Makasih ya Si." seruku.
"Jangan panggil aku Si, panggil aku Nona Susi. Camkan itu." seru Susi.
"Eh... Eh... Ia Nona Susi." wew... Killer.

Aku membuka secari kertas yang diberi Nona Susi tentang bebrapa info tentang Andi. Sip dah...

Aku lanjut lagi ke kantin, tapi tak ku dapati Andi di sana lagi.
Hemmmm.....
Dah pergi.

Jam pelajaran berikutnya.
"Ibu akan bagi kelompok untuk tugas kelompok kali ini." seru bu guru.

Bla bla bla....
Bu Guru membagi kelompok.

"Andi, Ari, Nadia, Nita kelompok 3." seru bu guru.

What? Tugas kelompok.

"Buk! Kenapa aku sekelompok sama si Ari?" perotes Andi.
"Sudah lah, kelen kan teman dekat. Jangan ribut-ribut ya, ibu nggak sukak." seru bu guru menolak protes Andi.

Andi mungkin bahagia karena satu kelompok dengan Nadia sang wanita yang dicintainya, tapi bakal kesel karena sekelompok denganku, tpai aku juga bahagia karena sekelompok dengan Andi.

Hari sekolah yang biasa, Cuma pembagian kelompok ini aja yang greget dan mencolok untuk hari ini di sekolah untuk diceritakan. Wew.... Akuakn menati ketika kita kerja kelompok......

Next.....

Lompat ke pulang sekolah aja deh.

****

Sepulang sekolah....

Brummmmm....
Ciiiiiittttttt......
(Bunyi rem zaki yang sudah aus)

Wah... Wah... Kanfas remnya dah abis nie, nggak boleh ngebut-ngebut.

Aku perlahan masukkan zaki ke rumah dan segera menaiki anak tangga menuju kamarku di lantai 2. Hemmmmm... Pintu kamarku kok nggak tertutup rapat ya? Perlahan aku masuk ke kamarku dan aku pun mendengar ada suara-suara dalam kamarku, suara lembaran buku terbuka dan barang jatuh. Duh... Maling kah? Aku ambil ancang-ancang dan berlari ke sumber suara dan memasang tinju dan melepaskan pukulanku ke orang yang oprek-oprek meja belajarku.

Wuzzzzzz.....

Wait....
Aku segera membatalkan seranganku tapi telat karena pukulanku begitu kencang. Aku membuka jariku untuk meminimalisir kerusakan.

"Aaaaaaaaaaaa......"
Terdengar teriakan.

Orang itu terpantal ke pinggir kasurku.

"Anj*ng." seru orang itu.
"Sakit bab*." tambahnya lagi.
"Salah sendiri masuk kamar orang seenaknya. Kok bisa masuk kau?" tanyaku.
"Orang nggak kau tutup pintunya, ya ku pikir dah pulang kau dari sekolah maknaya masuk aku. Dah ah... Bodoh, sakit anj*ng." ketus orang itu.
"Hahaha... Maaf, karena buru-buru kayaknya aku lupa kunci pintu kamar. Kau juga ngapain geleda kamarku bodoh." seruku serius.
"Nggak apa." seru Andre sambil menyembunyikan sesuatu dariku ke belakang badannya.

Andre saat itu duduk di kasurku dengan mengenakan kaos pendek biru dengan celana bola berwarna kuning. Aku melepaskan seragam sekolahku satu persatu hingga menyisakan boxer saja. Aku mendatangi Andre karena ku tau ada sesuatu yang disembunyikannya dariku. Andre agak sedikit panik karena aku mendekatinya.

"Sini yang kau sembunyikan itu." seruku.
"Mana ada." jawab Andre.
"Jangan bongak, dah ah... Cepet. Sebelum aku benar-benar marah." ku tatap Andre dengan tatapan serius.

Andre pun perlahan memberikan sesuatu yang disembunyikannya kepadaku dengan wajah malu.

What?

Aku segera merampasnya. Karena yang diambil Andre itu adalah video vokep west. Tresome 1 cewek dengan 2 laki. Aku mau marah gimana, malah malu iya karena kelakuanku diketahui Andre. Hemmmm....

"Ngapain kau ambil ini?" seruku.
"Nggak bang." Andre takut.

Aku mendatanginya dan menjitak kepalanya.

Tak....

Aduh....

"Nggak boleh mengambil barang orang lain tampa seizin yang punya. Tuh hukumannya." seruku kesal.
"I iya bang. Maaf." jawab Andre takut.
"Mau nengok kau itu?" tanyaku.
"E enggak bang." jawab Andre.
"Jangan bongak kau. Ngapain kau ambil kalau nggak mau kau tengok." seruku.

Slapppppp....

Kepala Andre ku tepok lagi.

"Is... Sakit beg*k." seru Andre.

Aku mengeluarkan laptop dari tasku yang berada di lemari kamarku. Dan perlahan kepingan disk itu pun tenggelam di laptopku. Terlihat orang-orang sedang berada di sebuah boat mewah di pantai kesana kemari. Tak ada yang aneh sih. Andre masih jual mahal tak ingin melihat ke layar laptopku. Aku pergi tinggalkan Andre sendiri di kamarku dan ku biarkan laptop itu menyala begitu saja. Aku bilang aku mau ke kamar mandi bentar. Tak lama kemudian aku pun kembali ke kamar dan memergoki kalau Andre telah memasukkan tangan ke celananya.

"Wayo... Ngapain kau?" tanyaku kagetkan Andre.
"E e enggak.... Nggak apa." tegas Andre.
"Apa pulak nggak apa, tuh dah tegak berdiri kayak gitu pun." ejekku.
"Ah... Bising kau anj*ng." seru Andre.
"Lah... Memang betol kok. Hahahaha...." ejekku lagi.
"Dah Ah...." Andre ngambek.
"Sini ku bantuin." seruku.
"Maksudnya?" tanya Andre begok.
"Nggak paham apa emang pura-pura nggak paham?" tanyaku dengan sedikit ngejek.
"Dah lah. Pulang aku.... Enatah apa." Andre ngambek.

Aku peluk Andre dan pelorotin celananya terus tangkap belutnya yang sudah keras.

"Lepasin.... Lepasin. Anj*ng..." seru Andre sambil menahan geli dan nikmat mungkin.

Aku masih terus coliin Andre sampai titik sperma penghabisan.

"Emmmmm........." suara Andre tertahan bersamaan muntahan lahar putih mengalir.

Lahar putih itu basahi celana Andre dan sepre kasurku. Andre pun abis energi dan terkulai lemah di kasurku sambil ngos-ngosan. Aku mengambil tisu dan mengelap tumpahan lahar putih milik Andre tadi. Kayaknya Andre booting.... Karena energinya tidak cukup. Ku biarkan Andre tertidur sejenak memulihkan tenaganya. Wajah polosnya itu aku sangat suka, hitam manis dengan postur tubuh yang tegap.

Hemmmm....

Perutku lapar karena sedari tadi aku belum makan. Di sekolah juga tadi nggak makan, cuma makan roti sepotong, snack dan minum, itu aja. Bangun kesiangan memang merepotkan. Lain kali aku jangan sampai bangun kesiangan deh. Aku tungguin Andre bangun sambil memperhatikan wajah dan tubuhnya saat tidur. Ku elus rambut Andre yang tertidur lelap dan tak lupa ku elus gundukan kecil itu. Hemmm... Hari mulai sore.

"Ndre.... Bangun kau!" seruku.

Andre pun loading untuk bangun. Perlahan matanya terbuka dan menatapku.

"Ndre! Mau iku kau?" tanyaku.
"Ke mana?" seru Andre.
"Ke ruamh sakit." jawabku.
"Nggak sakit pun aku cuma lecet sikit pun ini." jawab Andre.
"Bukan mau ngobatkan kau, tapi mau jenguh seseorang di sana yang kecelakaan tadi malam." seruku.
"Is... Ngapain mikirin anak orang." seru Andre jengkel.
"Kok kau pulak yang emosi." seruku.
"Is....." seru Andre jengkel.
"Dah lah. Ayok... Kau juga nggak bisa nya pergi main bola hari ini." ketusku.
"Gegara kau nya." seru Andre menatapku dengan pandangan sinis.
"Lah... Kok aku pulak yang salah. Itu lah kau, orang lain aja kau salahkan. Pantas lah mamak kau ngamuk aja kau buat." seruku.
"Diam lah kau anj*ng." seru Andre.
"Is... Mulut kau lah! Isi nya kebun binatang semua. Ku cabein mulut kau, terus ku kasi kecap. Mantap." sambal kecap.
"Bab*." seru Andre lagi.
"Bab* kecap kesukaan kau kan. Hahahaha...." ejekku.
"Diamlah kau. Bising.... Malas lah aku ikut, entah apa." seru Andre ngambek.
"Hahahaha... Dah dah. Yuk lah cepat." seruku.

Aku dan Andre ke rumah sakit, tapi sebelumnya kita pergi cari makan dulu karena aku belum makan walau Andre dah makan. Tak apa lah. Andre walau dah selesai makan bisa makan lagi loh. Perutnya banyak lacinya. Aku dan Andre pun melaju bersama zaki.

Wuzzzzzzz......... Wuzzzzzzzzzzz.........

"Bang!" seru Andre.
"Apa?" tanyaku.
"Aku yang pilih tempat makannya ya." ketus Andre dengan senyum aneh.
"Hemmmm. Ya udah terserah kau." ketusku.
"Ok. Nanti pertigaan itu belok kanan, terus lurus. Abis itu lewat galon (SPBU) sikit di sebelah kiri. Nah, nanti berhenti di situ. Ada rumah makan enak di situ bang." seru Andre.
"Iya... Iya." jawabku.

Aku pun menuruti arahan Andre ke rumah makan yang ditujunya. Sebuah rumah makan yang cukup besar dan tampak baru. Sepertinya tempat ini baru dibangun. Kayaknya ada yang aneh ditempat makan ini, dan Andre pun senyum-senyum melihat aku. Ada apa gerangan. Aku semakin curiga dengan sikap Andre.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang menghampiri kami dengan membawa daftar menu makanan. Seorang wanita khas karo berparas cantik yang datang. Duh... Kok perasaanku nggak enak. Aku kuatkan hati ini dan perlahan ku buka menu untuk kami pesan.

Sejenak aku terdiam dan kepalaku pun jadi pusing. Banyak jenis makanan asing yang tak ku kenal tertera di daftar menu. Aku pun mengerutkan jitatku, dan keringat pun mulai membasahi wajahku.

Kurang aja kau Ndre....
Dalam benakku.

·         Arsik Nurung Mas
·         Babi Panggang Karo (BPK)
·         Cincang Bohan
·         Gule Kuta-Kuta
·         Manuk Getah
·         Kidu-Kidu
·         Tasak Telu
·         Pagit-Pagit

Kepalaku berkunang-kunang melihat menunya.



BPK? Babi Panggang Karo?
Duh... Apa yang dipikirkan Andre bawa aku ke sini? Suek nie bocah. Aku kan muslim, lah dia yang makanannya ginian. Aku mana makan kayak gini. Pantes aja ada yang mencurigakan dari sikapnya.

"Kak aku pean BPK." seru Andre keras dengan nada meledekku.
"Kalau abang pesan apa?" tanya pelayan wanita tadi.

Jantungku pun berdebar. Aku bingung harus pesan apa.

"Anu... Anu kak. Aku... Aku pesan teh botol aja (iklan)." seruku.
"Kalau makannya apa bang?" tanya pelayan itu lagi.

Andre terlihat cekikikan melihat aku bingung.

"Pop mie (iklan) aja kak." jawabku.
"Maaf bang, kalau pop mie nggak ada." seru kakak pelayan tadi.
"Ya udah deh ikan arsik aja." jawabku.
"Ikan Mas Arsik ya bang. Kalau adeknya minum apa?" tanya pelayan tadi ke Andre.
"Teh manis dingin kak (es teh manis)." seru Andre.

Setelah membacakan pesanan kami, kakak pelayan tadi pergi meninggalkan kami untuk melakukan order.

Aku langsung menatap Andre kesal serasa sudah kena tipu mentah-mentah. Tak lama kemudian pesanan kita pun datang. Seporsi ikan mas arsik, 2 nasi putih, 1 teh manis dingin, 1 teh botol, dan yang istimewa rumah makan ini.......

BPK (BABI PANGGANG KARO)

Andre terlihat siap siaga menghadapi orderannya yang telah sampai.

"Bang! Nggak mau kau ini? Enak loh, renyak bang, mantap." ejek Andre.
"Anj*ng %*^(($^%^." seruku ngacau jengkel, kesel dikerjain Andre.
"Mau anj*ng bang? Ada kok, sini biar ku pesankan. Kaaaaaaaaaakkkkkkkkk........... Kaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk........." teriak Andre.
"Iya... Bentar." jawab kakak pelayan segera bergerak menuju meja kami.
"Is.... Bangkelah kau Ndre. Entah apa yang kau pikirkan." aku pun bingung campur apa deh gitu, nggak tau harus berbuat apa ngadapin keisengan Andre kali ini.
"Iya bang, ada yang mau dipesan lagi?" tanya kakak pelayan tadi.
"Eh........ Eh........"  suaraku terputus-putus sambil mikir mau pesan apa, soalnya dah dipanggil si Andre kampret ini.
"Kak... Mintak air teh ya 2." seru Andre.
"Sebentar ya dek." jawab pelayan tadi sambil berlalu meninggalkan kami untuk ambil pesanan Andre tadi.

Kepalaku pusing dibuat Andre. Lemez bray....

Tak berselang lama kaka pelayan membawakan 2 gelas air putih dan pergi kembali meninggalkan kami.

"Loh Ndre, kok bening airnya nggak berwarna? Kau bilang tadi teh." tanyaku sedikit bingung.
"Kalau kau mintak air putih nanti dikasi air sumur bang untuk kobokan. Untuk minum bilangnya teh. Hahaha..." seru Andre sambil tertawa.

Andre dengan sigap menyantap makanannya, sedangkian aku masih mikir keras sambil makan ikan mas arsik ini. Hemmmm.... Enak sih, sama seperti yang dimasak mamak Andre. Tapi kalau liat Andre makan, rasanya aku kok jadi nggak selera makan.

"Apa kau bang tengok-tengok, sor kau? Cobalah ini, enak kali bang. Sumpah." seru Andre sambil menyodorkan BPK ke hadapanku.
"Hemmmm.... Hemmmm...." aku menutup mulutku sambil geleng-geleng.
"Kenapa kau bang? Nggak suka ya? Padahal enak kali loh ini bang. Nggak percaya kau bang." seru Andre sambil ngejek.
"Terserah kau lah Ndre. Cepet makannya kita mau ke rumah sakit." seruku.
"Ok." jawab Andre.

Andre pun tanpa pikir-pikir lagi langsung meludeskan semua makanan yanga da di meja termasuk ikan masku yang aku sendiri tak habis memakannya.

"Kenapa bang? Nggak suka kau ikan mas? Biasanya sukaknya kau pas di kasi mamakku." ejek Andre.
"Dah ah... Bising, cepet kalau makan." seruku.

Begitulah kisah makan-makan bareng Andre. Makan bikin greget, sumpah. Nggak pernah aku terjebak dalam situasi dan kondisi kayak gini. Bahgialah kau Ndre, jebakan kau berhasil membuatku puyeng. Ew.....

****

Tak lama setelahnya aku melaju ke RS tempat Yoga si bocah yang ketabrak picup kemaren di rawat. Terlihat ayah dan ibunya menunggunya di ruangan yang kemaren juga aku sudah di sini sih. Ruangan kelas 3 untuk low buget. Aku dan Andre membawa buah tangan sekedarnya seperti roti dan buah, buah jeruk dan apel. Biasanya gitu sih jenguk orang sakit. Hehehehe....

"Yoga apa kabarnya?" tanyaku sambil elus-elus rambut Yoga.

Rambut Yoga terasa lembut banget, terlihat agak pirang ketika terkena cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kaca kamar rumah sakit yang terletak di lantai 2.

"Nggak apa om, tapi kayaknya kaki Yoga nggak bisa digerakin. Tapi om jempol kakinya bisa kok gerak. Oh ya om, om datang bawa jeruk ya? Yoga suka makan jeruk om. Itu adeknya om ya? Kok nggak mirip." Yoga nyerocos terus nggak ada remnya.

Anak ini ramah dan mudah berteman dengan siapa aja kayaknya. Banyak cerita..... Aku suka.

"Eh... Yoga, nggak boleh gitu nak. Nggak sopan sama om nya. Yoga ucapkan terimakasih donk, kan dah dibawakan oleh-oleh sama omnya." seru ibu Yoga lemah-lembut.
"Eh... Iya om. Makasih om. Om baik banget deh. Pasti pacar om sayang banget sama om deh, solanya om itu baik dan perhatian. Adek om pendek ya, kalau om tinggi ganteng. Bla bla bla...." omongan Yoga nyambung terus lagi.
"Eh.... Iya.... Nggak apa.  Makan aja Ga yang dibawa tuh biar cepat sembuh. Om belum ada pacar kok. Hehehe...." jawabku kewalahan.
"Bang anak ini kok bis(*^*ka*^ (bising kali)." seru Andre sambil ku tutup mulutnya taku nggak enak sama semunya soalnya Andre mulutnya juga rusak.

Waduh....

"Is.... Entah apa lah." seru Andre.
"Seeetttt..... Diam dulu. Nggak enak sama yang sakit." bisikku ke Andre.
"Ih... Kok malah nggak enak sama dia. Dah lah...." Andre ngambek sambil meninggalkan kamar.

Eh.... Malah ngambek saat bertamu kayak gini.

"Maaf ya Mas Ari, adek mas Ari jadi ngambek. Yoga, ngomongnya dijaga ya nak. Minta maaf sama om Ari dan adek Om Ari." seru ibu Yoga.
"Iya... Om. Yoga minta maaf ya." ketus Yoga.
"Bentar ya buk, saya mau keluar bentar cari Andre." aku pun pamit meninggalkan kamar rawat Yoga.

Aku pun kelaur kamar dan melirik kiri kanan, menyusuri lorng-lorong ruamh sakit.

Duh.....
Andre kemana lagi, pake acara ngabek lagi. Semoga Andre segera ditemukan lagi, nggak mau kehilangan kayak kemaren lagi dah.

Bersambung.....

________________________________

Mozaik berikutnya.

"Is... Aku nggak suka sama anak itu."
"Lah... Dia kan masih kecil, wajar aja ngomongnya blak-blakan."
"Is... Bukan itu tapi abang ngapain sok-sok perhatian kali sama dia, elus-elus rambutnya. Dah lah..."

Lah... Lah... Nie bocah beneran cemburu kayaknya.

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 7)
Cemburu Tanda Sayang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar