Pilihan Andre
Kepalaku masih
terasa berat ditambah berat seseorang yang menimpaku. Suasana kamar masih gelap
dan aku pun masih mengucek-ngucek mataku. Tangan Andre melingkar di tubuhku
yang tak beralaskan kain, karena aku hanya menggunakan boxer saja saat itu.
Andre mengenakan kaos merah tanpa lengan dengan list putih di bagian samping
kiri kanannya dan mengenakan celana bola pendek berwarna biru tanpa sempak.
Loh, kok nggak
pake sempak?
Biasa lah si Andre
emang malas pake sempak kesehariannya. Tapi menurutku kalau mau tidur itu
baiknya sempak dilepas biar si dedek bebas berkembang dengan sempurna.
Ku peluk Andre
dan ku cium keningnya. Semakin hari aku semakin menyayangi Andre bak adekku
sendiri. Ku peluk erat tubuhnya yang hangat di tengah dinginnya pagi, begitu
tenang dan tentram. Masih terngiang dalam benakku apa yang terjadi malam ini,
sebuah tragedi yang panjang dari kemaren sore kayaknya. Ku ciumi pipi dan leher
Andre dan ku cium bibirnya yang tak ada respon karena masih offline 100%. Nie
anak susah bangun, jadi kalau diapain aja kayaknya nggak bakal bangun.
Bahagianya hatiku.
Ku lihat jam hp
ku telah menunjukkan jam 7 pagi. What? Jadi dingin dan gelap apakah cuaca
mendung bukannya masih kepagian? Waduh.... Aku berusaha bangunkan Andre yang
sekarang ternyata sudah jam 7 pagi.
"Ndre....
Ndre... Bangun kau, dah pagi. Kesiangan kita." seruku sambil goyang-goyang
badan Andre kencang.
"Hemmmm....."
suara Andre masih ngelindur.
Duh... Parah
nie anak. Gimana nie?
Aku bergegas
turun dari tangga meninggalkan kamarku tapi nggak tega ninggalin Andre
sendirian, aku berbalik mengangkat Andre dan menurunkannya ke lantai dan ku
dudukkan.
"Ndre...
Bangun, dah telat ini." seruku sambil berusaha bangunkan Andre dengan
mengguncang tubuhnya keras.
Ku ambil air
dari dispenser yang ada di kamarku sedikit dengan menggunakan cangkir plastik
pendek yang berwarna hijau. Ku usapkan air itu ke wajah Andre.
"Fuuuuu...."
sura Andre sambil membuka matanya.
"Bangun
kau Ndre." seruku sambil berusaha memberdirikan Andre.
Aku membawa
Andre turun menuruni tangga. Ku masukkan ke kamar mandi khusus keluarga Andre
dan aku bergegas ke kamar mandi umum yang biasa dipake kuli untuk mandi. Semua
kamar mandi penuh dan masalahnya aku sesak kencing sekarang, apa yang harus ku
lakukan. Perlahan ku gedor pintu kamar mandi dan berharap ada yang mau gantian
bentar, soalnya dah diujung nie. Duh..... Ada sebuah pintu terbuka pas ku
gedor-gedor dan aku nyelonong aja masuk tanpa pikir panjang.
Zrrrrrrrrreeeeeettttttt.....
Buzzz.....
Crut
crut.........
(Gimana ya
suara pipis? Jadi bingung)
Ah.... Lega.
"Maaf Za
kalau main masuk terus dah nggak tahan. Emmmmm... Ah...." seruku.
"Iya...
Nggak apa." jawab Reza.
Perlahan ku palingkan
pandangan ku dari tit*tku karena dah kelar pipis, ternyata ada seseorang yang
menatapku serius sambil melongo. Aku senyum kepadanya dan tangannya langsung
menyembunyikan tit*tnya yang kayaknya agak menegang tadi. Seseorang tanpa
sehelai kain pun di bilik kamar mandi yang ku masuki tadi. Hehehe...
"Santai
aja Za..." seruku karena ku mengenali orang yang ku tatap sekarang.
"I i iya
mas." jawab Reza kaku sambil wajahnya memerah.
"Lah...
Itu ngapain ditutupin?" tanyaku.
"Nggak apa
mas. Malu mas." seru Reza.
"Ngapain
malu. Masing-masing punya kok. Nie punya ku...." seruku nakal sambil
perlihatkan punyaku.
Reza curi-curi
pandang melihat tit*tku sambil terdiam membisu.
"Aku
numpang mandi di sini aja ya, soalnya aku kesiangan nie. Aku pake sabunmu ya!"
seruku.
"I i iya
mas. Silahkan...." jawab Reza gugup.
Perlahan aku
melucuti pakaianku santai dan mengguyurkan air ke tubuhku.
"Nggak
mandi kau? Kok diam aja Za?" tanyaku.
"Ng nggak
apa mas. Mas duluan saja, gayungnya juga Cuma satu." jawab Reza.
"Hemmmm...
Ya sudah kita bareng aja, lagian sabunnya juga cuma satu." seruku sambil
tersenyum penuh maksud.
"Jangan
dipegangin terus, nggak lepas kok." seruku ejek Reza yang sedari tadi
tutupi tit*tnya dengan tangan.
Reza hanya
terdiam malu di hadapanku. Tubuhnya yang putih atletis terekspos walau tangan
dan wajahnya agak birong karena terkena sianar matahari terus kayaknya di luar.
Perlahan kau membuka dua tangannya yang menutupi selangkangan Reza, dan tampak
sebuah tongkat sakti yang tegak menantang dunia.
"Wah...
Gede." seruku.
"Nggak ah
mas, punyaku kecil mah dibanding punya mas." jawab Reza polos.
"Nggak
juga ah, dah SNI itu." seruku.
"Apa itu
mas SNI?" tanya Reza.
"Standar
Nasional Indonesia." jawabku sambil cengir-cengir cairkan suasana.
Aku pun segera
sabunan dan tubuh Reza ku siram air. Hahaha... Ku dekap Reza dari belakang dan
ku sabuni tubuhnya menyusuri lekukan tubuhnya. Dia diam saja nggak ada respon
penolakan atau apa gitu. Nice... Aku pun lebih leluasa menyusuri setiap lekukan
tubuhnya.
Tap....
"Jangan
mas, isin mas." bisik Reza.
"Malu
kenapa? Nggak ada yang liat juga." seruku.
Nafas Reza
memburu dan tit*tku pas berada di belahan bokongnya bak kartu kredit.
Ehhhhmmmmmmmmmm.....
Suara Reza
tertahan dan lututnya sudah dah kuasa menahan tubuhnya. Ku tahan tubuh Reza dan
masih sambil bermain sabun. Setelah cukup waktu dan tenaga Reza sudah pulih aku
sabunan segera dan segera selesaikan acara mandi dan bergegas ke kamarku.
Sepertinya ada suatu yang terlupa olehku. Waktu....... Aku kan tadi telat
bangun, kok berlama-lama dikamar mandi bareng Reza sih? Mampus dah.
Segera aku
mengenakan seragam capcus mengenakan zaki tanpa sarapan pagi. Mengendarai zaki
dengan kecepatan tinggi walau zaki enggan kebut-kebutan. Hemmmm.... Yang parahnya
kalau dan jam segini lewat jam 7 pagi, di jalan tambah macet. Buset dah...
*****
Sesampainya di
sekolah.
"Jam berpa
sekarang ini?" bentak pak satpam.
"Iya pak,
maaf." jawabku.
"Baris di
situ sama berandalan yang telat di sana."
Matahari pagi
menyinari tubuh ini. Banyak juga siswa yang telat dan beberapa teman sekelasku
si Rio dan Angga.
"Kok telat
kelen?" tanyaku kepada Rio dan Angga.
"Biasa,
matematika." jawab mereka sambil tertawa.
"Eh... Ada
apa dengan matematika?" tanyaku.
"Nggak
apa, malas aja liat gurunya. Hahaha...." tawa Rio dan Angga.
Memang sih guru
matematikaku killer banget, jadi wajar aja ada siswa yang telat disengaja bair
nggak ketemu smaa kuru yang killer ini, tapi mana bisa selamanya menghindar
kayak gini. Gawat generasi muda ini.
"Si bodoh
itu." ujar Danu dkk yang melintasi barisan siswa telat.
"Mampus
kau idiot." ejek Andi.
Weleh, malah di
mampusin.
Setelah jam
pelajarn pertama usai maka kami diperbolehkan memasuki kelas, waktu jam
istirahat juga dah tiba. Aku pergi ke kantin dan mencari Andi. Wah... Hari ini
Andi jajan apa ya? Kok aku jadi kepo kayak gini ya. Entah lah, biarkan saja.
"Ari...
Ini alamat rumah Andi." tiba-tiba sesosok wanita tidak cantik
menghampiriku, Susi sang inforgirl.
"Okeh...
Makasih ya Si." seruku.
"Jangan
panggil aku Si, panggil aku Nona Susi. Camkan itu." seru Susi.
"Eh...
Eh... Ia Nona Susi." wew... Killer.
Aku membuka
secari kertas yang diberi Nona Susi tentang bebrapa info tentang Andi. Sip
dah...
Aku lanjut lagi
ke kantin, tapi tak ku dapati Andi di sana lagi.
Hemmmm.....
Dah pergi.
Jam pelajaran
berikutnya.
"Ibu akan
bagi kelompok untuk tugas kelompok kali ini." seru bu guru.
Bla bla bla....
Bu Guru membagi
kelompok.
"Andi,
Ari, Nadia, Nita kelompok 3." seru bu guru.
What? Tugas
kelompok.
"Buk!
Kenapa aku sekelompok sama si Ari?" perotes Andi.
"Sudah
lah, kelen kan teman dekat. Jangan ribut-ribut ya, ibu nggak sukak." seru
bu guru menolak protes Andi.
Andi mungkin
bahagia karena satu kelompok dengan Nadia sang wanita yang dicintainya, tapi
bakal kesel karena sekelompok denganku, tpai aku juga bahagia karena sekelompok
dengan Andi.
Hari sekolah
yang biasa, Cuma pembagian kelompok ini aja yang greget dan mencolok untuk hari
ini di sekolah untuk diceritakan. Wew.... Akuakn menati ketika kita kerja
kelompok......
Next.....
Lompat ke
pulang sekolah aja deh.
****
Sepulang
sekolah....
Brummmmm....
Ciiiiiittttttt......
(Bunyi rem zaki
yang sudah aus)
Wah... Wah...
Kanfas remnya dah abis nie, nggak boleh ngebut-ngebut.
Aku perlahan
masukkan zaki ke rumah dan segera menaiki anak tangga menuju kamarku di lantai
2. Hemmmmm... Pintu kamarku kok nggak tertutup rapat ya? Perlahan aku masuk ke
kamarku dan aku pun mendengar ada suara-suara dalam kamarku, suara lembaran
buku terbuka dan barang jatuh. Duh... Maling kah? Aku ambil ancang-ancang dan
berlari ke sumber suara dan memasang tinju dan melepaskan pukulanku ke orang
yang oprek-oprek meja belajarku.
Wuzzzzzz.....
Wait....
Aku segera membatalkan
seranganku tapi telat karena pukulanku begitu kencang. Aku membuka jariku untuk
meminimalisir kerusakan.
"Aaaaaaaaaaaa......"
Terdengar
teriakan.
Orang itu
terpantal ke pinggir kasurku.
"Anj*ng."
seru orang itu.
"Sakit
bab*." tambahnya lagi.
"Salah
sendiri masuk kamar orang seenaknya. Kok bisa masuk kau?" tanyaku.
"Orang
nggak kau tutup pintunya, ya ku pikir dah pulang kau dari sekolah maknaya masuk
aku. Dah ah... Bodoh, sakit anj*ng." ketus orang itu.
"Hahaha...
Maaf, karena buru-buru kayaknya aku lupa kunci pintu kamar. Kau juga ngapain
geleda kamarku bodoh." seruku serius.
"Nggak
apa." seru Andre sambil menyembunyikan sesuatu dariku ke belakang
badannya.
Andre saat itu
duduk di kasurku dengan mengenakan kaos pendek biru dengan celana bola berwarna
kuning. Aku melepaskan seragam sekolahku satu persatu hingga menyisakan boxer
saja. Aku mendatangi Andre karena ku tau ada sesuatu yang disembunyikannya
dariku. Andre agak sedikit panik karena aku mendekatinya.
"Sini yang
kau sembunyikan itu." seruku.
"Mana
ada." jawab Andre.
"Jangan
bongak, dah ah... Cepet. Sebelum aku benar-benar marah." ku tatap Andre
dengan tatapan serius.
Andre pun
perlahan memberikan sesuatu yang disembunyikannya kepadaku dengan wajah malu.
What?
Aku segera
merampasnya. Karena yang diambil Andre itu adalah video vokep west. Tresome 1
cewek dengan 2 laki. Aku mau marah gimana, malah malu iya karena kelakuanku
diketahui Andre. Hemmmm....
"Ngapain
kau ambil ini?" seruku.
"Nggak
bang." Andre takut.
Aku
mendatanginya dan menjitak kepalanya.
Tak....
Aduh....
"Nggak
boleh mengambil barang orang lain tampa seizin yang punya. Tuh
hukumannya." seruku kesal.
"I iya
bang. Maaf." jawab Andre takut.
"Mau
nengok kau itu?" tanyaku.
"E enggak
bang." jawab Andre.
"Jangan
bongak kau. Ngapain kau ambil kalau nggak mau kau tengok." seruku.
Slapppppp....
Kepala Andre ku
tepok lagi.
"Is...
Sakit beg*k." seru Andre.
Aku
mengeluarkan laptop dari tasku yang berada di lemari kamarku. Dan perlahan
kepingan disk itu pun tenggelam di laptopku. Terlihat orang-orang sedang berada
di sebuah boat mewah di pantai kesana kemari. Tak ada yang aneh sih. Andre
masih jual mahal tak ingin melihat ke layar laptopku. Aku pergi tinggalkan
Andre sendiri di kamarku dan ku biarkan laptop itu menyala begitu saja. Aku
bilang aku mau ke kamar mandi bentar. Tak lama kemudian aku pun kembali ke
kamar dan memergoki kalau Andre telah memasukkan tangan ke celananya.
"Wayo...
Ngapain kau?" tanyaku kagetkan Andre.
"E e
enggak.... Nggak apa." tegas Andre.
"Apa pulak
nggak apa, tuh dah tegak berdiri kayak gitu pun." ejekku.
"Ah...
Bising kau anj*ng." seru Andre.
"Lah...
Memang betol kok. Hahahaha...." ejekku lagi.
"Dah
Ah...." Andre ngambek.
"Sini ku
bantuin." seruku.
"Maksudnya?"
tanya Andre begok.
"Nggak
paham apa emang pura-pura nggak paham?" tanyaku dengan sedikit ngejek.
"Dah lah.
Pulang aku.... Enatah apa." Andre ngambek.
Aku peluk Andre
dan pelorotin celananya terus tangkap belutnya yang sudah keras.
"Lepasin....
Lepasin. Anj*ng..." seru Andre sambil menahan geli dan nikmat mungkin.
Aku masih terus
coliin Andre sampai titik sperma penghabisan.
"Emmmmm........."
suara Andre tertahan bersamaan muntahan lahar putih mengalir.
Lahar putih itu
basahi celana Andre dan sepre kasurku. Andre pun abis energi dan terkulai lemah
di kasurku sambil ngos-ngosan. Aku mengambil tisu dan mengelap tumpahan lahar
putih milik Andre tadi. Kayaknya Andre booting.... Karena energinya tidak
cukup. Ku biarkan Andre tertidur sejenak memulihkan tenaganya. Wajah polosnya
itu aku sangat suka, hitam manis dengan postur tubuh yang tegap.
Hemmmm....
Perutku lapar
karena sedari tadi aku belum makan. Di sekolah juga tadi nggak makan, cuma
makan roti sepotong, snack dan minum, itu aja. Bangun kesiangan memang
merepotkan. Lain kali aku jangan sampai bangun kesiangan deh. Aku tungguin
Andre bangun sambil memperhatikan wajah dan tubuhnya saat tidur. Ku elus rambut
Andre yang tertidur lelap dan tak lupa ku elus gundukan kecil itu. Hemmm...
Hari mulai sore.
"Ndre....
Bangun kau!" seruku.
Andre pun
loading untuk bangun. Perlahan matanya terbuka dan menatapku.
"Ndre! Mau
iku kau?" tanyaku.
"Ke
mana?" seru Andre.
"Ke ruamh
sakit." jawabku.
"Nggak
sakit pun aku cuma lecet sikit pun ini." jawab Andre.
"Bukan mau
ngobatkan kau, tapi mau jenguh seseorang di sana yang kecelakaan tadi
malam." seruku.
"Is...
Ngapain mikirin anak orang." seru Andre jengkel.
"Kok kau
pulak yang emosi." seruku.
"Is....."
seru Andre jengkel.
"Dah lah.
Ayok... Kau juga nggak bisa nya pergi main bola hari ini." ketusku.
"Gegara
kau nya." seru Andre menatapku dengan pandangan sinis.
"Lah...
Kok aku pulak yang salah. Itu lah kau, orang lain aja kau salahkan. Pantas lah
mamak kau ngamuk aja kau buat." seruku.
"Diam lah
kau anj*ng." seru Andre.
"Is...
Mulut kau lah! Isi nya kebun binatang semua. Ku cabein mulut kau, terus ku kasi
kecap. Mantap." sambal kecap.
"Bab*."
seru Andre lagi.
"Bab*
kecap kesukaan kau kan. Hahahaha...." ejekku.
"Diamlah
kau. Bising.... Malas lah aku ikut, entah apa." seru Andre ngambek.
"Hahahaha...
Dah dah. Yuk lah cepat." seruku.
Aku dan Andre
ke rumah sakit, tapi sebelumnya kita pergi cari makan dulu karena aku belum
makan walau Andre dah makan. Tak apa lah. Andre walau dah selesai makan bisa
makan lagi loh. Perutnya banyak lacinya. Aku dan Andre pun melaju bersama zaki.
Wuzzzzzzz.........
Wuzzzzzzzzzzz.........
"Bang!"
seru Andre.
"Apa?"
tanyaku.
"Aku yang
pilih tempat makannya ya." ketus Andre dengan senyum aneh.
"Hemmmm.
Ya udah terserah kau." ketusku.
"Ok. Nanti
pertigaan itu belok kanan, terus lurus. Abis itu lewat galon (SPBU) sikit di
sebelah kiri. Nah, nanti berhenti di situ. Ada rumah makan enak di situ
bang." seru Andre.
"Iya...
Iya." jawabku.
Aku pun
menuruti arahan Andre ke rumah makan yang ditujunya. Sebuah rumah makan yang
cukup besar dan tampak baru. Sepertinya tempat ini baru dibangun. Kayaknya ada
yang aneh ditempat makan ini, dan Andre pun senyum-senyum melihat aku. Ada apa
gerangan. Aku semakin curiga dengan sikap Andre.
Tak lama kemudian
seorang pelayan datang menghampiri kami dengan membawa daftar menu makanan.
Seorang wanita khas karo berparas cantik yang datang. Duh... Kok perasaanku
nggak enak. Aku kuatkan hati ini dan perlahan ku buka menu untuk kami pesan.
Sejenak aku
terdiam dan kepalaku pun jadi pusing. Banyak jenis makanan asing yang tak ku
kenal tertera di daftar menu. Aku pun mengerutkan jitatku, dan keringat pun
mulai membasahi wajahku.
Kurang aja kau
Ndre....
Dalam benakku.
·
Arsik Nurung
Mas
·
Babi Panggang
Karo (BPK)
·
Cincang Bohan
·
Gule Kuta-Kuta
·
Manuk Getah
·
Kidu-Kidu
·
Tasak Telu
·
Pagit-Pagit
Kepalaku
berkunang-kunang melihat menunya.
BPK? Babi
Panggang Karo?
Duh... Apa yang
dipikirkan Andre bawa aku ke sini? Suek nie bocah. Aku kan muslim, lah dia yang
makanannya ginian. Aku mana makan kayak gini. Pantes aja ada yang mencurigakan
dari sikapnya.
"Kak aku
pean BPK." seru Andre keras dengan nada meledekku.
"Kalau
abang pesan apa?" tanya pelayan wanita tadi.
Jantungku pun
berdebar. Aku bingung harus pesan apa.
"Anu...
Anu kak. Aku... Aku pesan teh botol aja (iklan)." seruku.
"Kalau
makannya apa bang?" tanya pelayan itu lagi.
Andre terlihat
cekikikan melihat aku bingung.
"Pop mie
(iklan) aja kak." jawabku.
"Maaf
bang, kalau pop mie nggak ada." seru kakak pelayan tadi.
"Ya udah
deh ikan arsik aja." jawabku.
"Ikan Mas
Arsik ya bang. Kalau adeknya minum apa?" tanya pelayan tadi ke Andre.
"Teh manis
dingin kak (es teh manis)." seru Andre.
Setelah
membacakan pesanan kami, kakak pelayan tadi pergi meninggalkan kami untuk
melakukan order.
Aku langsung
menatap Andre kesal serasa sudah kena tipu mentah-mentah. Tak lama kemudian
pesanan kita pun datang. Seporsi ikan mas arsik, 2 nasi putih, 1 teh manis
dingin, 1 teh botol, dan yang istimewa rumah makan ini.......
BPK (BABI
PANGGANG KARO)
Andre terlihat
siap siaga menghadapi orderannya yang telah sampai.
"Bang!
Nggak mau kau ini? Enak loh, renyak bang, mantap." ejek Andre.
"Anj*ng
%*^(($^%^." seruku ngacau jengkel, kesel dikerjain Andre.
"Mau anj*ng
bang? Ada kok, sini biar ku pesankan. Kaaaaaaaaaakkkkkkkkk...........
Kaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk........." teriak Andre.
"Iya...
Bentar." jawab kakak pelayan segera bergerak menuju meja kami.
"Is....
Bangkelah kau Ndre. Entah apa yang kau pikirkan." aku pun bingung campur
apa deh gitu, nggak tau harus berbuat apa ngadapin keisengan Andre kali ini.
"Iya bang,
ada yang mau dipesan lagi?" tanya kakak pelayan tadi.
"Eh........
Eh........" suaraku terputus-putus
sambil mikir mau pesan apa, soalnya dah dipanggil si Andre kampret ini.
"Kak...
Mintak air teh ya 2." seru Andre.
"Sebentar
ya dek." jawab pelayan tadi sambil berlalu meninggalkan kami untuk ambil
pesanan Andre tadi.
Kepalaku pusing
dibuat Andre. Lemez bray....
Tak berselang
lama kaka pelayan membawakan 2 gelas air putih dan pergi kembali meninggalkan
kami.
"Loh Ndre,
kok bening airnya nggak berwarna? Kau bilang tadi teh." tanyaku sedikit
bingung.
"Kalau kau
mintak air putih nanti dikasi air sumur bang untuk kobokan. Untuk minum bilangnya
teh. Hahaha..." seru Andre sambil tertawa.
Andre dengan
sigap menyantap makanannya, sedangkian aku masih mikir keras sambil makan ikan
mas arsik ini. Hemmmm.... Enak sih, sama seperti yang dimasak mamak Andre. Tapi
kalau liat Andre makan, rasanya aku kok jadi nggak selera makan.
"Apa kau
bang tengok-tengok, sor kau? Cobalah ini, enak kali bang. Sumpah." seru
Andre sambil menyodorkan BPK ke hadapanku.
"Hemmmm....
Hemmmm...." aku menutup mulutku sambil geleng-geleng.
"Kenapa
kau bang? Nggak suka ya? Padahal enak kali loh ini bang. Nggak percaya kau
bang." seru Andre sambil ngejek.
"Terserah
kau lah Ndre. Cepet makannya kita mau ke rumah sakit." seruku.
"Ok."
jawab Andre.
Andre pun tanpa
pikir-pikir lagi langsung meludeskan semua makanan yanga da di meja termasuk
ikan masku yang aku sendiri tak habis memakannya.
"Kenapa
bang? Nggak suka kau ikan mas? Biasanya sukaknya kau pas di kasi mamakku."
ejek Andre.
"Dah ah...
Bising, cepet kalau makan." seruku.
Begitulah kisah
makan-makan bareng Andre. Makan bikin greget, sumpah. Nggak pernah aku terjebak
dalam situasi dan kondisi kayak gini. Bahgialah kau Ndre, jebakan kau berhasil
membuatku puyeng. Ew.....
****
Tak lama
setelahnya aku melaju ke RS tempat Yoga si bocah yang ketabrak picup kemaren di
rawat. Terlihat ayah dan ibunya menunggunya di ruangan yang kemaren juga aku
sudah di sini sih. Ruangan kelas 3 untuk low buget. Aku dan Andre membawa buah
tangan sekedarnya seperti roti dan buah, buah jeruk dan apel. Biasanya gitu sih
jenguk orang sakit. Hehehehe....
"Yoga apa
kabarnya?" tanyaku sambil elus-elus rambut Yoga.
Rambut Yoga
terasa lembut banget, terlihat agak pirang ketika terkena cahaya matahari yang
masuk dari celah jendela kaca kamar rumah sakit yang terletak di lantai 2.
"Nggak apa
om, tapi kayaknya kaki Yoga nggak bisa digerakin. Tapi om jempol kakinya bisa
kok gerak. Oh ya om, om datang bawa jeruk ya? Yoga suka makan jeruk om. Itu
adeknya om ya? Kok nggak mirip." Yoga nyerocos terus nggak ada remnya.
Anak ini ramah
dan mudah berteman dengan siapa aja kayaknya. Banyak cerita..... Aku suka.
"Eh...
Yoga, nggak boleh gitu nak. Nggak sopan sama om nya. Yoga ucapkan terimakasih
donk, kan dah dibawakan oleh-oleh sama omnya." seru ibu Yoga lemah-lembut.
"Eh... Iya
om. Makasih om. Om baik banget deh. Pasti pacar om sayang banget sama om deh,
solanya om itu baik dan perhatian. Adek om pendek ya, kalau om tinggi ganteng.
Bla bla bla...." omongan Yoga nyambung terus lagi.
"Eh....
Iya.... Nggak apa. Makan aja Ga yang
dibawa tuh biar cepat sembuh. Om belum ada pacar kok. Hehehe...." jawabku
kewalahan.
"Bang anak
ini kok bis(*^*ka*^ (bising kali)." seru Andre sambil ku tutup mulutnya
taku nggak enak sama semunya soalnya Andre mulutnya juga rusak.
Waduh....
"Is....
Entah apa lah." seru Andre.
"Seeetttt.....
Diam dulu. Nggak enak sama yang sakit." bisikku ke Andre.
"Ih... Kok
malah nggak enak sama dia. Dah lah...." Andre ngambek sambil meninggalkan
kamar.
Eh.... Malah
ngambek saat bertamu kayak gini.
"Maaf ya
Mas Ari, adek mas Ari jadi ngambek. Yoga, ngomongnya dijaga ya nak. Minta maaf
sama om Ari dan adek Om Ari." seru ibu Yoga.
"Iya...
Om. Yoga minta maaf ya." ketus Yoga.
"Bentar ya
buk, saya mau keluar bentar cari Andre." aku pun pamit meninggalkan kamar
rawat Yoga.
Aku pun kelaur
kamar dan melirik kiri kanan, menyusuri lorng-lorong ruamh sakit.
Duh.....
Andre kemana
lagi, pake acara ngabek lagi. Semoga Andre segera ditemukan lagi, nggak mau
kehilangan kayak kemaren lagi dah.
Bersambung.....
________________________________
Mozaik berikutnya.
"Is... Aku
nggak suka sama anak itu."
"Lah...
Dia kan masih kecil, wajar aja ngomongnya blak-blakan."
"Is...
Bukan itu tapi abang ngapain sok-sok perhatian kali sama dia, elus-elus
rambutnya. Dah lah..."
Lah... Lah...
Nie bocah beneran cemburu kayaknya.
KESATRIA PENJAGA (Mozaik 7)
Cemburu Tanda Sayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar