Aku Akan Menjagamu
Air mengalir dengan derasnya ke bak kamar mandi, suara
yang begitu kencang silent suara yang lain. Andre terduduk lesu di lantai kamar
mandi sambil memeluk lututnya, ku lihat dia tertunduk lesu tak seperti biasa.
Aku nggak tau persoalan ini akan menjadi besar seperti ini, aku bingun kalau
aku salah ngambil tindakan dapat berdampak lebih buruk.
"Ndre.... Kau kenapa sih? Nggak seperti kau yang
biasa." tanyaku lembut.
Andre tak
menggubrisku, masih sama keadaannya seperti tadi.
"Kalau ada
masalah, ceritalah samaku. Abang nggak suka nengok kau kayak gini lah. Biasanya
masa dodo kau sama apa yang terjadi." seruku ke Andre.
Andre menggelengkan
kepalanya.
Aku nggak sanggup
melihat kesediahan Andre seperti ini. Ku dekap tubuh Andre erat dan ku cium
pipinya.
"Maafkan aku
kalau aku tak bisa menjadi yang terbaik untukmu." ku bisikkan kalimat itu
di telinganya.
"Baaanggg....
Saaakiit." ketus Andre.
Eh... Ternyata aku
mendekap Andre terlalu keras ya. Waduh, bisa mati donk anak orang kalau kayak
begini. Hihihi....
"Maaf...
Maaf..." aku minta maaf sambil tersenyum melihat wajah Andre yang ku lihat
sedikit membaik.
Andre menganggukkan
kepalanya.
"Ya sudah, kita
mandi aja dulu ya. Kalau lama-lama di kamar mandi nanti masuk angin."
seruku.
Andre mengangguk
lagi.
"Sekarang buka
bajunya ya!" seruku.
Andre menatapku
merasa aneh.
"Masak buka baju
ada abang di sini, malu lah." seru Andre.
"Lah, orang
sama-sama laki juga. Kau pun biasanya masuk ke kamarku main masuk aja nggak
ketok pintu pas aku nggak pake baju." jabarku.
Andre berpikir
sejenak.
"Iya lah."
ketus Andre.
Andre berusaha
membuka bajunya yang basah dan kotor itu tapi mengalami kesusahan.
"Sini biar ku
bantu buka." seruku.
"Nggak usah,
nanti kau ambil kesempatan." ketus Andre.
"Is... Mau ditolongi
malah aneh-aneh pikirannya. Ya udah buka sendiri bajumu." seruku agak
sedikit ngambek.
Andre berusaha
melepas pakaiannya tapi mengalami kesusahan.
"Bantuin lah,
nengoin aja kau itu." seru Andre.
"Yah... Tadi ku
bantu kau nggak mau jual mahal, mati kau." cejekku.
"Kim*k kau
lah." seru Andre.
"Hemmm...
Mulutnya. Ku sodokkan kont*l baru tau." ejekku sambil aku juga melepas
baju dan celanaku yang basah dan kotor tadi.
"Is... Sok
keras." seru Andre.
"Cepat sini,
biar ku sodok kont*l mulutmu. Hehehe...." aku pun melepaskan baju Andre
yang kotor dan celananya juga menyisakan sempaknya dan sempakku saja.
Ku guyur air ke tubuh
Andre dan tubuhku. Ku ambil shampo dan ku shampoin rambutku dan rambut Andre.
"Duh... Kim*k,
pedih anj*ng." Andre mengumpat karena matanya kena shampo.
"Berisik,
bentar." ku guyurkan air ke kepalanya dengan banyak.
Andre mandi berdiri
walau sebenarnya pijakannya tertumpu pada satu kaki karena kaki yang satunya
sakit. Ku bersihkan badan Andre dengan guyuran air dan ku usap-usap tangan dan
persendiannya.
"Ndre, tangan
kau luka nie." seru ku.
"Iya..."
jawab Andre.
Ada beberapa luka
baretan bekas kayu patahan di tangan kanannya dan luka juga di kaki kanannya.
"Duh... Duh,
pedih bang." seru Andre sambil agak mengaduh.
"Bentar,
dibersihkan dulu lukanya." jawabku.
Aku senang suasana
Andre sudah sedikit lebih ceria ketimbang tadi. Setelahnya aku shampoan dan
sabunan terus menyabuni tubuh Andre juga karena Andre masih sulih gerak.
"Geli
bang." ketus Andre saat aku menyusuri bagian perus dan sekitaran ketek
Andre.
"Kayak cewek kau
Ndre." ejekku.
"Is... Bujang
(mem*k/pep*k)." seru Andre jengkel.
"Hehehe...."
tawaku.
"Ah...."
Tiba-tiba Andre
terpeleset dan aku segera menahannya karena seperti tadi Andre hanya bertumpu
pada satu kaki karena kaki kanannya cedera. Aku memeluk Andre erat seolah tak
ingin melepaskan pelukan ini.
"Anj*ng, Kont*l
kau jegang bang." seru Andre di pelukanku ngeracau karena kont*lku nempel
di perutnya.
Aku nggak perduli apa
yang dikatakan Andre, aku tetap saya memeluknya erat dan serasa tak ingin
melepaskan pelukan ini.
"Aku
menyayangimu, jadi jaga dirimu baik-baik." bisikku di telinga Andre.
Suasana menjadi
tenang dan hening walau ada backsound suara air keran ke dalam bak mandi. Waktu
seolah berhenti dan terasa sangat lama. Andre akhirnya memelukku erat. Dan...
"Maaf bang kalau
aku selama ini suka gangguin abang." suara Andre lirih dengan tangisnya
terisak di pelukanku.
"Sudah-sudah
jangan nangis, anak laki kok nangis." ketusku.
Andre berusaha
menahan tangisnya dan mengencangkan pelukannya erat di tubuhku. Ku lerai
pelukan ini dan ku tatap wajah Andre yang tertunduk malu karena tangisnya tadi
yang sampai saat ini masih terisak-isak. Ku angkat wajahnya tegak dan
pandangannya mengarah padaku, ku hapus air matanya dan....
Cupzzz....
Bibir ini pun
bersatu.
Ku peluk tubuh Andre
tapi bibir ini masih tetap bersatu. Perlahan ku buka mulutku dan Andre pun
mengikutinya. Lidah ini pun bertemu dan saling beradu dan menari. Aku
benar-benar menyayangi Andre dan rasa ini aneh tak bisa ku tepiskan. Setelah
selang beberapa menit mungkin 1 atau 2 menit ku akhiri ciuman ini.
"Woi..." ku
selentik keningnya.
"Sakit
anj*ng." seru Andre.
"Cepat sikit kau
mandi, nanti masuk angin." ejekku.
"Kau nya yang buat
lama mandinya bab*." seru Andre marah.
"Hahahaha...."
tawaku.
Aku pun mengguyurkan
air itu ke tubuh Andre dan tubuhku. Item terakhir yang ku kenakan juga ku lepas
yaitu sempakku.
"Is... Nggak
malu." ejek Andre tapi matanya tetap fokus melihat kont*lku.
"Laki sama laki
aja kok, masing-masing punya. Hahahaha.... Jangan-jangan kau cewek
sebetulnya." ejekku ke Andre.
"Kepala otak kau
aku cewek." seru Andre ngamuk.
"Terus, takut
kau buka sempak? Tau kecil kont*l kau kan makanya malu kau." ejekku lagi.
"Is... Anj*ng.
Nah kalau kau mau tengok buktinya." seru Andre sambil pelorotkan
sempaknya.
"Lumayan punyamu
untuk anak SMP." ketusku.
Andre pun
melepas sempaknya dan handukan. Aku juga handukan setelah Andre dan memakai
celana pendek dan singlet yang ku bawa dari kamarku tadi. Andre ku pakaikan
celana pendek ganti yang dikasi mamaknya tadi tanpa ada kaos. Badannya ku
tutupi handuk saja. Badan Andre ku papah keluar dari kamar mandi, dan Andre
berjalan tertatih. Andre ku dudukkan di ruang tamu rumahnya dan aku izin bentar
ke kamarku untuk ambil obat merah yang kali itu dikasi mamaknya pasca
pertarungan dengan tim Danu. Segera aku menaiki tangga dan turun lagi setelah
mengambilnya. Tapi...... Aku pun terdiam di tangga yang menghubungkan lantai 1
dan 2 kostanku, mataku tertuju pada ruang tamu.
Andre....
"Teros lah
kau buat masalah. Tiap-tiap hari mamak si Bernat datang lapor anaknya kau
apain, nggak adanya otakmu? Nggak nya kasihan kau nengok mamakmu?" mamak
Andre terus memeari Andre.
"Mamak
lah! Aku terus yang salah. Bukannya mamak dengarkan cakap anak mamak
sendiri." seru Andre.
"Melawan
pulak kau, bukannya kau dengar cakap mamak kau. Memang anak durhaka nya kau
itu. Dah lah bapak kau pergi nggak jelas, kau pun melawan aja kerjau kau itu.
Makan ati aku makan ati aku kau buat, betol." amuk mamak Andre sambil
merepet panjang.
"Mampos
lah." seru Andre sambil bangkit dari tempat duduknya ke arah pintu.
"Kim*knya
anak ini ditinggalkannya pulak aku. Hei Ndre... Mau ke mana kau?" teriak
mamak Andre.
"Usah
urus-urus aku, aku benci sama mamak." teriak Andre segera meninggalkan
rumah.
"Anak
kurang ajarnya ini!" teriak mamak Andre.
Aku pun segera
turun menghampiri mamak Andre yang sedari tadi hanya melihat dari kejauhan aja.
"Tenang
Nde... Andre hanya butuh waktu sendiri." jelasku.
"sabar
Nde." tambahku.
"Is...
Mati kali aku dibuat anak ini loh bang. Dah lah, terserah dia situ, dah capek
aku ngurusi dia." seru mamak Andre kesal kemudian meninggalkanku.
Aku bingung
harus berbuat apa, keadaan seperti ini tidak mengenakkan sekali. Serba salah.
Sesegera mungkin aku pergi mencari Andre yang kabur lagi dalam sehari ini.
Entah apa yang terjadi, yang jelas kondisi emosional Andre nggak stabil.
Mungkin mamak Andre juga memiliki kondisi emosional yang nggak stabil juga yang
membuat kondisi seperti ini terjadi.
Menyusuri
lorong sempit di sekitaran gang-gang rumah Andre tapi aku belum menemukannya.
Aku yakin Andre belum pergi jauh, tapi dengan banyaknya gang bisa lama aku
menemukannya. Hemmmm.... Kira-kira Andre pergi ke kiri atau kanan? Lurus atau
malah berbalik arah. Ais.... Ya sudahlah, cek satu-persatu.
Setiap orang
yang ku temui ku tanyai tentang keberadaan Andre, tapi nggak ada yang liat
juga. Apa Andre malah dibawa begu ganjang (hantu panjang)? Oh...
Tidaaaaakkkkk..... Jangan sampai terjadi ah. Duh..... Ngacau nie pikiran.
Hemmmm..... Aku masih berjalan modar-mandir menyusuri gang demi gang, tapi
sampai sekarang belum ketemu tuh si Andre. Kayaknya aku salah ambil arah nie.
Aku segera mengambil jalan memutar dan menyisiri gang demi gang yang berlawanan
arah dengan yang tadi ku ambil. Apa nggak bisa tanya ke google aja dimana Andre
berada. Aku khwatir dengan kondisi Andre yang saat ini juga lagi terluka, kaki
kanannya kayaknya masih sakit tuh keseleo kayaknya tapi sekarang dipaksain
jalan. Aku khawatir terjadi apa-apa sama tuh bocah, soalnya lagi galau berat
tuh bocah. Aku berjalan menyusuri jalan ke arah jalan raya, aku melihat banyak
kerumunan orang di sana. Hatiku jadi deg-degan, perasaanku kok nggak enak. Apa
yang terjadi di sana ya?
"Pak! Ada
apa itu?" tanyaku kepada salah satu warga yang pulang dari krumunan itu.
"Iku dek,
eneng kecelakaan." jawab bapak itu dengan logat jawa yang kental.
"Kecelakaan
apa pak?" tanyaku penasaran dengan jantung berdebar tak karuan.
"Pick up
nabrak anak-anak nyebrang tadi. Wong anak iku nyebrangnya nggak liat-liat.
Nyelonong bae." papar bapak paruh baya tersebut dengan wajah berapi-api.
"Terus
anak itu mana sekarang pak?" tanyaku mulai panik.
"Wes
digowo neng rumah sakit tadi dinaikkan becak." papar bapak itu lagi.
Gawat...
Aku langsung
berlari ke arah kerumunan massa itu. Ada sedikit bercak-bercak darah di jalan
aspal itu. Duh... Bertahanlah Andre! Aku berlari sekencang kencangnya ke arah
kostan, aku akan ke rumah sakit terdekat pake zaki motorku. Ketika berlari aku
seperti melihat bayang-bayang Andre, aku pun menghentikan langkahku. Apakah aku
berhalusinasi? Atau Andre sudah mati, terus yang tadi adalah hantunya?
Tidaaaaakkkkkkkk......
Ku susuri
sebuah lorong sempit sebelum kostan dan aku ingin bertemu dengan hantu Andre.
Aku kok jadi merinding ya? Perasaanku nggak enak. Bener ya kalau orang mati
terus arwahnya gentayangan, atau itu hanya jin yang menyerupai saja. Tapi bener
kayaknya aku melihat Andre di lorong gelap ini, tapi aku juga memiliki perasaan
nggak enak tentang kecelakaan tadi. Kok jadi angker gini ya cerita ini.
Weleh....
Sudah deh, stay
focus. Aku harus bergegas ke rumah sakit. Aku berlari kencang ke kostanku dan
mengeluarkan zaki dari tempat persembunyiannya. Engkol bentar....
Brummmm.....
Aku melaju
melintasi jalanan sempit sekitaran kostanku dan terus melaju kencang menuju
rumah sakit terdekat. Sesampai di rumah sakit aku ke bagian informasi dan
menanyakan prihal kecelakaan yang barusan saja terjadi antra mobil pickup
dengan seorang bocah laki yang mungkin umurannya sekitran 12 tahun.
"Permisi
sus... Ada korban kecelakaan anak remaja yang ditabrak pickup nggak di sini
susu yang kejadiannya baru saja tadi sekitar 15 menit atau 30 menit lalu?"
tanyaku ke suster jaga.
"Tunggu
sebentar ya pak biar dicek dulu." jawab suster jaga.
"Iya..."
jawabku.
"Maaf pak,
datanya belum ada masuk." jawab suster jaga.
"Makasih
sus." seruku sambil berlari meninggalkan bagian informasai tadi.
Aku melintasi
sebuah ruangan, IGD. Ada apa dengan IGD, terdengar ada keributan di sana. Aku
mendengar ada tangis bocah meringis kesakitan dan ada juga tangisan seorang
ibu-ibu. Aku mendekat ke keributan itu dan makin jelas suara itu ada juga
ceksok seorang bapak tua yang kurus dengan kumis tebal sedang debat dengan
pihak rumah sakit. Aku nyimak apa yang terjadi dan ternyata....
Buset dah...
Ternyata yang
kecelakaan anak ini tadi yang ketabrak pickup dan dari tadi belum ditangani
karena ortunya nggak punya biaya yang bekerja cuma narik becak. Syukurlah bukan
Andre yang ketabrak tadi, tapi pihak rumah sakit tegaan melihat hal seperti
ini. Benarkah orang miskin dilarang berobat? Kacau deh. Aku mundur dari
kerumunan itu tapi aku mendengar suara lirih bocah itu.
"Sakit
mak... Sakit mak..."
Hiks...
Hiks....
Aku terbayang
Andi dan Andre berada di posisi itu. Anj*ng....
Aku berbalik
dan membentak petugas rumah sakit.
"Bawa
adekku masuk, biayanya aku yang tanggulangi." dengan wajah merah marah aku
memecah kericuhan itu.
"Iya pak,
sabar pak. Kita tangani adek bapak." jawab petugas rumah sakit berusaha
menenangkanku.
Aku pun dibawa
ke bagian administrasi dan diminta data-datanya yang nantinya baru diberikan
perincian biayanya setelah selesai penanggulangan pertamanya. Aku benci rumah
sakit seperti ini, rumah sakit yang nggak memiliki hati. Rumah sakit yang
menyelamatkan nyawa orang yang berduit saja. Bocah tadi sedang ditanggulangi di
IGD sedangkan kedua orang tuanya menghampiriku. Ibunya menangis terharu melihat
tindakanku dan ayahnya memelukku sambil mengucap-ucap syukur dan terimakasih
yang mendalam.
"Sebentar
pak, saya mau telpon dulu." izin saya mau menelepon.
"Iya dek,
silahkan." jawab bapak tersebut.
Aku pun menjauh
dari kedua orang tua bocah tadi dan...
"Halo,
yah!"
"Ya. Abang
sehat?"
"Alhamdulillah
yah sehat."
"Alhamdulillah."
"Yah,
abang mau minta tolong yah."
"Apa itu
bang?"
"Kirimin
duit ya sekitar empat empat juta ya."
"Loh, buat
apa? Untuk biaya abang kan seharusnya masih ada ayah kirim."
"Bukan
untuk abang yah, tadi di sini adekku kecelakaan ditabrak pickup terus pickupnya
kabur nggak tanggungjawab. Terus adeknya dibiarin di luar rumah sakit karena
nggak ada biaya orang tuanya."
"Astaghfirullah....
Itu adekmu dari mana?"
"Ehmmmm....
Teman aja yah."
"Oh... Ya
sudah, ayah kirim sekarang ya."
"Iya yah.
Terimakasih."
Aku pun
mengakhiri perbincangan dengan ayah di telpon. Ada notifikasi masuk,
hemmmmm..... SMS banking.
"Oke."
Penanganan
pertama sudah kelar dan Yoga tertidur dengan tenang, mungkin efek obat
penenang. Hemmmm..... Yoga? Yups... Nama bocah ini Yoga umur 10 tahun dan masih
duduk di bangku SD kelas 5, anak ketiga dari Bapak Suheri dengan Ibu Sugiarti.
Pak Suheri bekerja sebagai tukang becak (betor) dan Buk Sugiarti yang kerap
disapa Buk Ati adalah penjual lontong yang sebenarnya nggak jauh dari kostanku
dekat pajak (pasar) tempat mamak Andre jualan sayur. Aku nggak pernah tau kalau
ternayata mereka punya anak laki yang masih bocah. Bocah yang berkulit putih
berambut poni. Wih... Cakep deh. Aku elus rambut Yoga yang tertidur dan
memberikan uang pegangan secukupnya untuk orang tua Yoga. Yoga diagnosa
mengalami keretakan tulang pada kaki kirinya. Ada beberapa luka juga di bagian
kaki dan tangan Yoga. Duh... Kasihan. Aku mohon undur diri dan aku besok janji
akan ke sini jenguk abis pulang sekolah. Aku izin dan cap cus... Go...
Waduh....
Aku kelupaan
Andre, sudah sekitar sejam setengah aku di sini dan aku harus kembali cari
Andre. Gawat.....
****
Tak lama
berkendara aku pun sampai di kostan dan keadaan kostan masih sepi. Aku pun
menaiki tangga dan kembali ke kamarku, kepalaku pusing karena masih belum
menemukan Andre. Sekarang sudah jam sepuluhan malam dan aku pun membuka pintu
kamar dan masuk ke kamarku.
"Andre!"
Ternyata aku
menemukan Andre di kamarku.
"Kau kok
bisa ada di sini" tanyaku.
"Lapar
aku, kau kan biasa ada simpan makanan di sini." seru Andre sembari memakan
roti isi ku.
Ternyata
kamarku dan berantakan dan cemilanku juga telah di makan sama nie anak.
Buset... Aku capek cari dia di luar.
"Kau dari
mana aja?" tanyaku.
"Kau nya
entah kemana aja, dah ku tungguin pun kau di sini lama." seru Andre.
"Nyari kau
lah bod*t. Sampek ke rumah sakit aku cari kau tadi karena ada kecelakaan di
depan." seruku merah padam.
"Sok-sok."
lirik Andre nggak percaya.
"Hemmmm.....
Mampos lah." seruku jengkel.
"Kau
kemana tadi?" tanyaku lagi.
"Sak berak
aku. Boker." jawab Andre dengan wajah tanpa dosa.
"Puk*mak.
Di sini aja rupanya kau nggak kemana-mana. Aku dah keliling dunia cari
kau." seruku merah padam.
"Hahahaha..."
ejek Andre.
"Nggak
balek kau Ndre ke bawah, dah malam nie. Nggak tidur kau?" tanyaku.
Andre tertunduk
dan terdiam.
"Aku nggak
mau sama mamak." Andre merajuk sedih.
"Ya sudah
deh. Malam ini tidur di sini aja sama abang." seruku.
Aku rangkul Andre
yang tengah duduk di kasurku dan aku juga duduk di sebelahnya. Aku paham
kesedihannya sanmgat sedih. Aku akan menjagamu Andre.
"Woi...
Jangan kau abiskan rotiku, aku belum makan." seruku cairkan suasana galau
ini.
"Hahaha...
Dah abis, tinggal yang di mulutku ini." ejek Andre.
Aku pun
menerkam Andre dan bergumul bersamanya di kasurku. Tanganku ditahan Andre agar
tidak dapat menjangkau mulutnya. Tenaga Andre cukup kuat karena dia sering
kerja keras bantu emaknya, jadi emang lawan yang enggak mudah. Tapi aku nggak
akan mudah menyerah seperti ini, masak kalah sama bocah. Hemmm... Kalau tangan
nmggak bisa, gimana kalau ambil pake mulut langsung.
Cupz....
Bagai induk
burung yang kasi makan anaknya. Mulut kita bersatu dan roti ini pun menjadi
penghubung. Selai cokelat itu meleleh di bibir Andre. Aku jilati bibir Andre
yang ada lelehan cokelatnya. Menikmati roti isi cokelat dengan sentuhan bibir
Andre yang eksotis.
"Is...
Jijik." seru Andre karena bibirnya ku jilat.
Aku pun menelan
kunyahan roti isi cokelat terakhirku di mulutku.
"Hahaha...
Biarin." seruku.
Andre menolak
tubuhku dan melap bibirnya yang tadi ku jilati.
"Duh..
Duh..." sura Andre mengaduh.
"Kenapa
kau Ndre?" tanyaku mendekat lagi.
"Ini,
sakit." seru Andre sambil liatkan bekas luka-luka tadi.
"Oh...
Iya, lupa belum diobati." jawabku sambil cengar-cengir.
"Kau nya
kau bawa-bawa obat merahnya." seru Andre.
"Kau nya
entah kemana." jawabku.
"Kau lah
yang entah kemana." jawab Andre.
"Dah...
Dah... Sini obati dulu lukanya." seruku.
Aku pun
mengobati luka Andre dengan obat merah.
"Duh...
Duh... Pelan aj*ng." seru Andre meringis.
Tak...
Ku getok
kepalanya.
"Tahan
lah, kayak cewek. Punya kont*l pun lembek kayak cewek." ejekku.
"Anj*ng.
Ah... Duh duh." suara Andre.
"Dah.
Makanya kau jangan lasak jadi orang. Ngapain lah kau ke sana sore itu sampek
jatuh ke rawa?" tanyaku.
"Karena
kau nya itu." seru Andre.
"Kok aku
pulak. Kau yang jatuh salah kan orang. Ku tengok pun enggak kau." seru ku
gemez dengar jawaban Andre yang khas nyalahkan orang.
"Karena
kau datang." seru Andre.
"Lah, aku
kan cariin kau." jawabku.
"Iya, aku
tau kau cariin aku. Maknya aku sembunyi ke dahan pohon itu biar nggak jumpa kau
itu, tapi lapuk dan patah pohon kayunya." jawab Andre kesel.
"Mampun
kau. Hahahaha...." sejekku.
"Diam kau
anj*ng. Bising." seru Andre marah.
"Terus
yang sama mamak kau itu masalah apa?" tanyaku.
"Masalah
si Bernat lah. Mamak si Bernat itu mulutnya suka ngadu domba. Panjang
muncungnya, makanya nurun sama anaknya si Bernat. Si Bernat suka ngompor-ngomporin
kalau ada apa di sekolah, makanya aku telapkan kepalanya. Geram aku dibuatnya.
Tapi mamakku pun kayak ta*k, asik anak orang dibelanya." papar Andre.
"Hus...
Nggak boleh gitu ngatain orang tua, nanti kualat kau. Tapi emang kau dah
kualat. Hahaha...." ejekku.
"Kayak
anj*ng mulut kau." seru Andre marah.
"Terus kau
yang keluar itu sak boker?" tanyaku.
"Issss...
Ya boker lah. Ada paok-paoknya anak ini. Layas kali muncungnya." seru
Andre ngamuk sambil pukulkan bantal ke kepalaku.
"Ha ha....
Ngajak perang kau? Berani?" ancamku.
"Nggak
takut aku sama kau anj*ng." tatap Andre serius.
"Dah
dah.... Dah malem. Tidur lah!" seruku.
"Siapa kau
atur-atur hidupku." seru Andre.
"Bangke
nya anak ini. Tidur kau, besok sekolah, aku juga mau sekolah besok. Dah dah... Tidur!"
seruku sambil matikan lampu dan kunci pintu.
"Is... Dah
dimatikan pulak lampunya." seru Andre.
"Jangan banyak
cakap. Tiiiiiduuuuuurrrrr......" seruku sambil melompat memeluk Andre.
Bersambung.....
________________________________
Mozaik berikutnya.
Gawat, aku
telat bangun.
"Ndre...
Bangun, nggak sekolah kau?" seruku.
Duh... Perutku
mules tapi bilik kamar mandi penuh semua. Perlahan ku gedor pintu kamar mandi
yanga da biliknya dan ada yang buka aku langsung masuk, ternyata si Raza.
"Maaf Za
kalau main masuk terus dah nggak tahan. Emmmmm... Ah...."
"Iya...
Nggak apa."
So Nice...
Kesempatan langka.
****
"Jam berpa
sekarang ini?" bentak pak satpam.
"Iya pak,
maaf." jawabku.
"Baris di
situ sama berandalan yang telat di sana."
Matahari pagi
menyinari tubuh ini. Banyak juga siswa yang telat dan beberapa teman sekelasku
si Rio dan Angga.
"Kok telat
kelen?" tanyaku kepada Rio dan Angga.
"Biasa,
matematika." jawab mereka sambil tertawa.
"Si bodoh
itu." ujar Danu dkk yang melintasi barisan siswa telat.
"Mampus
kau idiot." ejek Andi.
Weleh, malah di
mampusin.
****
Sore hari...
"Ndre! Mau
iku kau?" tanyaku.
"Ke
mana?" seru Andre.
"Ke ruamh
sakit." jawabku.
"Nggak
sakit pun aku Cuma lecet sikit pun ini." jawab Andre.
"Bukan mau
ngobatkan kau, tapi mau jenguh seseorang di sana yang kecelakaan tadi
malam." seruku.
Aku dan Andre
ke rumah sakit.
Kayaknya Andre
nggak suka sama anak itu, apa salah bocah itu ya sama Andre? Apa ada
permasalahan pribadi?
Atau...
Andre cemburu
aku perhatian sama bocah ini.
Buset.........
KESATRIA PENJAGA (Mozaik 6)
Aku Akan Menjagamu