Episode
sebelumnya....
Albert menatapku
yang sedang asik dengan rajawali miliknya dengan tatapan bingung seolah tak
percaya, tapi hemmmmm.... Abaikan saja. Albert kembali membaca buku komik itu
lagi. Kali ini Albert merasakan rasa yang seru baca komiknya ditambah rasa
nikmat yang mungkin aneh. Hihihi...
Aku mandikan
rajawali Albert dengan air liurku langsung, terasa lembut dan empuk. Ingin
rasanya berlama-lama dengan rajawali Albert. Untuk bocah seumuran Albert, ku
rasa Albert termasuk memiliki ukuran rajawali yang cukup bisa diandalkan. Aku
sesekali menatap Albert tapi tetap saja Albert biasa aja sambil membaca
komiknya. Tapi menurutku kalau sudah kokoh rajawli kepemilikan Albert, tandanya
dia itu menikmati semua ini. Betul apa betul? Six asix... Hihihi.... Albert ku
sayang, oh Albert ku sayang. Tak ingin ku terlewatkan momen-momen ini. Dan...
Tok tok tok....
Terdengar suara
ketukan pintu dan OMG. Itu temenku datang...
Gawat.....
****
Next....
Aku bergegas untuk
menutup kembali otong milik Albert. Semua harus dilakukan dengan cepat dan
aman, nggak boleh sampai otongnya Albert terjepit ziper. Ku kondisikan situasi
dan aku langsung lompat ke pintu dan....
Tak...
Bunyi suara kunci ku
putar dan ku putar handel pintu.
Suasana yang greget
bercapur aduk menjadi satu. Temanku melihat keadaan sekitaran ruang kamarku dan
di dapatinya ada bocah yang sedang baringan sambil baca komik. Mungkin terasa
aneh kalau pintu kamar ku kunci. Tapi temanku taunya itu bocah adalah keponakan
aku jadi mungkin nggak ada timbul rasa curiga apa-apa. Hemmmmm... Kenapa dia
datang sih di saat aku ingin berdua dengan Albert. Duh.... Nanggung banget.
Jam istirahat hampir
usai dan aku sudah tak bisa berbuat apa-apa dengan Albert. Aku permisi ke
Albert mau ke kantor bentar. Sesampainya di kantor aku hanya duduk-duduk aja.
Matahari terik-teriknya di luar dan Albert di kamar sendirian karena temanku
dah jelas balik kerja lagi ke kantornya. Aku cap cus aja ke kamar lagi.
"Yuk Bet!"
ajakku.
"Kemana?"
tanyanya.
"Kan tujuannya
kita mau ke kolam." ujarku.
Terlihat Albert
bermalas-malasan dan enggan beranjak dari posisinya sekarang.
"Nggak ada
celanaku." kata Albert.
Duh... Nie anak
alasan aja biar nggak jadi ke kolam renang. Padahal kan episode kali ini
temanya aku ajak dia ke kolam renang, makanya aku izin sama ayahnya.
Hemmmmmm.....
Ku keluarkan celana
boxer dari lemariku yang emang dah ku persiapkan untuk hari ini. Inginnya sih
aku bawa Albert ke toko pakaian, tapi waktu nya nggak sempet. Aku sebenarnya
ingin membelikan Albert ya setidaknya sepotong atau satu stel pakaian biar nggak
itu-itu aja baju Albert dari pertama kali ku lihat, kaos kerah biru dengan
celana jins panjang.
"Nie Bet...
Pakai ini aja." seruku sambil menyodorkan boxer.
Akhirnya Albert mau
beranjak dari tempat persemayamannya.
"Dah selesai
kau baca bukumu Bet?" tanyaku.
"Udah."
begitu jawabnya.
Walau pun sudah
kelar baca, tapi buku itu masih asik untuk dibolak-baliknya.
Aku persiapkan
perlengkpan untuk berenang seperti celana pendek, perlengkapan mandi. Wah...
Bakal mandi bareng Albert nggak nanti di sana ya di ruang bilas? Hihihihi...
Jadi nggak sabar. Satu persatu perlengkapan itu telah masuk ke ranselku dan tak
lupa bawa hp dan dompet. Isinya jangan lupa ya. Hehehehe.....
****
Loh... Mas! Kerjanya
gimana? Ini kan masih siang, belum selesai jam kerjanya?
Bodo amat dah.
Waktuku di sini nggak banyak bersama Albert, jadi harus bisa dimkasimalkan
semaksimal mungkin. Cabut kerja dah. Mumpung semua rekan kerja jam segini lagi
pada di kantor, yuk Bet go.... go.... Biar nggak ada yang kepoin kepergian
kita. Hahahaha....
****
Lagi-lagi taksi
online yang menjadi pilihanku sebagai transport ke kolam renang bersama Albert.
Dan tak lama menunggu sang taksi online pun datang, dan kita pun berangkat. Cap
cus dah... Tapi jangan lupa ya.
"Pak... AC nya
dimatiin aja, adek saya nggak tahan AC." pintaku kepada pak driver.
"Baik pak, jadi
kita buka aja kaca jendela mobilnya ya pak. Sebentar pak..." jawab sang
driver sambil menurunkan windows kaca mobil.
Tak membutuhkan
waktu lama karena kolam renangnya nggak begitu jauh dari tempat tinggalku,
sekitaran 2 km saja. Walau pun dekat, aku harapkan dapat mencerikah suasana
hati Albert.
Kolam yang
biasa aku gunakan untuk berenang atau belajar berenang kini kami sudah sampai. Hari ini ku bawa Albert
yang biasanya aku hanya bersama teman temanku saja.
Aku biasa kok pergi
ke kolam renang ini bersama teman-teman pada hari Jumat pagi. Kenapa Jumat
pagi? Karena kita liburnya Jumat dan waktu pagi itu masih seger dan sepi.
Kolamnya juga nggak terlalu banyak yang pipisin. Hehehehe...
****
Aku dan Albert turun
dari taksi online dan berjalan dari parkiran dan membeli tiket masuk. Harga
tiketnya nggak mahal kok, Cuma berkisar 10k dan gratis 1 buah teh botol ukuran
pouch/tiket. Mungkin ini bukanlah kolam renang yang mewah, tapi inilah yang tersedia untuk saat ini. Kita menuju area
kolam dan aku tukarkan tiket dengan minuman tadi.
"Rame...."
seru Albert.
Kita mencari tempat
untuk meletakkan tas dan ke ruang ganti untuk ganti ke mode baju renang. Ruang
ganti atau ruang bilas itu diseberang kolam yang kedalamannya 1,6m dari tempat
penukaran tiket. Aku ingin sih membawa Albert ke Theme Park Pantai Cermin yang
salah satu wahana bermain air terbesar dan rekomen di kabupatenku, tapi jauh
dan banyak faktor penghambatnya sih. Dari lokasi yang sangat jauh dan
penggunaan trasnport dan pastinya butget ke sana itu cukup besar dari transport
dan tiket masuk yang berkisar 100k/orang.
Next...
Aku dan Albert
sekarang berada di ruang ganti. Waw... Albert dan aku dalam satu bilik lagi.
Apa yang akan terjadi? Akankah sama kejadiannya dengan di kamar mandi asrama?
Waduh... Aku inginnya sih begitu dan kalau bisa lebih. Hihihi...
Albert segera
melucuti pakaiannnya tapi sepertinya dia ragu untuk melepas segitiga kuning
miliknya. Tapi mau nggak mau ya dibuka juga karena nanti dia nggak ada semvak
lagi. Sekali lagi burung rajawali Albert terekspos walau tidak dalam keadaan
ready alias layu. Tak ingin memberikanku pemandangan yang bagus itu, Albert
segera memakai celana yang ku bawa tadi tapi langsung gitu aja. Hemmmmm.... Aku
nggak dikasi sentuh otongnya. Aku pun bergegas ganti karena Albert juga sudah
nggak sabar, tapi bukan nggak sabar untuk bermanja dengan burung garudaku ya.
Albert sudah nggak sabar untuk terjun ke lapangan, untuk main air.
Next....
Tak menunggu isyarat
atau aba-aba, Albert langsung jebur ke kolam yang 1,6 meter. Terlihat
bahwasannya Albert itu emang pandai berenang. Sekedar pamer skill maka Albert
mencoba beberapa gaya renang dari yang standar sampai yang tiduran di atas air.
Aku itu orangnya nggak pande berenang, hehehe... Kalau berenang pasti nggak
jauh-jauh dari pinggir kolam, karena kalau habis nafas maka ke tepian kolam.
Kalah telak nie aku di kolam. Maunya sih
peluk Albert di dalam kolam sambil mesra-mesraan gitu, tapi nggak mungkin di kolam
yang lumayan buat merendam hidungku kalau aku berdiri di dasar kolam. Megap
gan...
Albert tampak
menikmati renangnya di kolam yang mungkin tak banyak dari anak yang seumuran
dia di situ. Memang tak begitu luas sih kolam yang ukuran 1,6 meter ini tapi
cukup memadai sih menurutku. Apa pun itu aku nggak begitu mempedulikannya, yang
penting bagiku kalau Albert sudah tersenyum maka aku akan senang. Sayang
Albert...
Terlihat Albert
keluar dari kolam 1,6 meter dan bergegas menuju kolam yang sangat luas dan
ramai, yups... kolam yang biasa digunakan anak-anak dan keluarganya. Ada
beberapa wahana air seperti seluncuran yang cukup menyenangkan bagi Albert, aku
pun ikut di belakangnya untuk memperhatikannya. Kan gawat kalau Albert hilang
di tempat ramai seperti ini, tapi Albert nggak mikirkan itu. Hahahaha... Dasar
bocah dah...
Kayaknya setiap
sudut kolam disusuri Albert dan setiap wahana wajib di coba. Aku hanya
mengikuti ke mana Albert pergi agar tak sulit untukku menemukannya. Albert
mengenakan celana pendek atau biasa disebut celana kolor kalau di tempatku, dan
mengenakan singlet putih. Semua pakaian itu melekat erat di tubuh Albert
menampakkan setiap lekukan tubuhnya. Aku nggak ingat lagi sudah berapa kali
kita naik prosotan atau seluncuran air. Aku duduk di belakang Albert sambil
memeluknya dan meluncur dengan cepatnya. Kita meluncur masuk langsung ke kolam
yang tidaklah dalam, palingan setengah meter. Hiruk-pikuk suasana kolam di hari
weekend ini membuat Albert sungguh bersemangat.
Aku mengingat sebuah
official video kamtis...
Luar Biasa.
Dulu aku seorang
loser tapi kini ku punya power
Dulu aku dipandang
sebelah mata tapi kini ku sang juara
Ku tak biasa biasa
saja, biasa saja ku tak suka
Dulu biasa, biasa
saja kini aku luar biasaaaaaaaaaaaa
Ooooooooooooooooo......oooooooooooooo.....
****
Duh... Laper juga
lama-lama berendam di air. Terlihat Albert memperhatikan orang-orang yang
dipinggiran kolam sedang menikmati mie instan cup. Wew...
"Mau kau itu
Bet?" tanyaku sambil mengisyaratkan makanan mie instan cup tersebut.
"Kau mau?"
tanya Albert.
Aku pun tersenyum ke
arahnya mengisyaratkan up to you.
"Sini ku
beli." seru Albert.
Aku pun menuju tasku
dan mengambil selembar uang 20 rebu. Albert mengambil uang tersebut dan
berjalan cepatnya melintasi kolam sambil mengangkat tangan kanannya agar uang
tadi nggak basah. Hehehehe... Kalau uangnya basa apa jadi nggak laku ya?
Hihihihi...
Aku memperhatikan
Albert dari kejauhan, rasa jenuh melanda menanti Albert yang tak kunjung tiba.
Ku putuskan untuk menjemputnya untuk mengetahui apa yang membuatnya lama.
Terlihat banyak juga orang yang berkerumun untuk membeli mie instan cup di
cuaca yang terik ini.
****
Waduh... Pantas lama
kalau begini. Lagian kalau beli mie instan cup desak-desakan seperti ini bakal
lama dan ditambah Albert itu masih bocah dan kecil yang mungkin tidak begitu
terperhatikan sama kakak yang jual mie instan cup. Ini Medan, siapa yang punya
power maka dia yang menang dan untuk kali ini Albert kalah power dengan
tante-tante dan om-om yang kelaparan yang lupa akan daratan. Wew...
"Bet... Sini
duitnya, biar aku aja yang beli." ujarku.
Albert menyerahkan
duit 20 rebu yang dipegangnya tadi. Aku mengisyaratkan padanya agar main aja
dulu di kolam, kalau urusan yang satu ini biar aku yang tangani. Dan benar
saja, kalau aku yang berdiri di stan itu nggak menunggu waktu yang lama untuk
mendapatkan mie instan cup. Aku juga membeli bebrapa bungkus kacang atom dan
mienuman gelas sebagai teman untuk meyantap mie instan cup ini. Aku pilih mie
instan cup yang rasa kari yang cup nya warna kuning. Waw...
Aku berjalan
menyusuri pinggiran kolam menuju tempat dudukan yang tersedia di sepanjangan
pinggiran kolam. Kan nggak banget kalau menerobos tengah kolam sambil bawa mie
instan cup, bisa kena penalti dari penjaga kolam yang standbay di pinggiran
kolam memperhatikan suasana kolam sedari tadi. Jadi peraturan kolam kan nggak
boleh membawa makanan atau minuman ke dalam kolam.
Sesampainya di
tempat dudukanku yang aku meletakkan tasku di situ, aku lambaikan tanganku ke
Albert untuk segera naik dari kolam dan bergabung bersamaku untuk menikmati 1
cup mie instan rasa kari ini. Meski tidak bersegera meninggalkan posisinya di
kolam, tapi akhirnya Albert naik juga dan duduk di sampingku. Sungguh suasana
sore yang indah.
Menikmati mie instan
cup di sore hari yang panas gini sambil memperhatiakn Albert yang terlihat
asyik makan mie tersebut. Wajah polos Albert yang tampak sekali masih bocah tak
berdosa yang sedang berada di sisi om-om baik hati yang suka memanjakan bocah penuh
maksud, membuat semua ini terasa begitu epik. Tak membutuhkan waktu yang lama
untuk menghabisakan mei instan cup yang isinya itu nggak banyak alisas dikit,
suek dah kebesaran tempat. Hihihihi...
Next...
Albert kembali
berendam lagi di kolam sambil melepaskan kepenatannya. Kita adu nyelam,
lama-lamaan. Sudah pasti bisa ditentukan aku yang menang karena kapasitas
paru-paruku lebih besar dari Albert. Tapikalau lomba berenang atau main
kejar-kejaran di air, sudah dipastikan aku yang kalah karena aku nggak begitu
bisa renang. Selanjutnya kita main seluncuran air lagi dan lagi. Lumayan
terkuras banyak energi seperti ini tapi ku lihat Albert masih semangat seolah
dia menyerap energi alam yang tak terbatas energinya.
"Bet... Sudahan
ya! Dah sore, nanti pulang lagi kita." ajakku untuk berhenti main air
karena aku harus balikan Albert ke kostan ayahnya yang jaraknya cukup jauh
sekitar sejam perjalanan.
"Bentar lagi, 5
kali lagi." jawab Albert mengisyaratkan untuk diberi kesempatan 5 putaran
lagi main seluncuran air.
Aku membiarkannya
bermain kembali sedangkan aku hanya perhatikan dia dari jauh walau masih dalam
kolam kedalaman setengah meter. Setelahnya aku pergi ketepian dan duduk di
tempat dudukanku yang bersebelahan dengan tasku. Tak nampak sedikit pun Albert ingin
menyudahi permainannya hari ini, walau ku tau sudah lebih dari 5 kali dia main
seluncuran air. Aku memanggil Albert 2, 3 kali untuk mengingatkan kalau kita
harus siap-siap pulang. Cukup lama juga membujuknya sampai akhirnya dia mau
keluar kolam. Kita pergi ke ruang bilas untuk mandi dan ganti pakaian. Aku
sudah persiapkan peralatan mandi juga dan handuk.
"Bet...
Masuk!" pintaku agar dia mau masuk ke dalam bilik bilas.
"Di sini
aja." pintanya agar mandi di ruangan terbuka yang ada showernya yang
memancarkan air.
"Enggak, di
dalam aja." seruku.
Akhirnya Albert
nurut dan kita pun masuk ke dalam bilik bilas. Jantung ini pun berdetak dengan
kencangnya. Tak kuasa hati ini menahan gejolak cinta yang sudah lama membara.
Ku guyurkan air itu ke tubuhku dan Albert dan sesaat suasanana menjadi hening
ditambah suara latar air keran yang memancar ke dalam bak plastik di dalam
ruang bilas. Entah apa yang ku pikirkan tapi pikiran ini melayang-layang ke
angkasa. Aku ingin sekali memeluknya saat ini.
****
Saat Albert
menanggalkan satu persatu pakaiannya dan tubuhnya yang bocah mulus itu pun
terekspos. Di saat itu juga aku sudah sama dalam keadaan tak mengenakan pakaian
sebenang pun. Mulai sampoin Albert dan sabuni seluruh tubuhnya tanpa melewatkan
satu celah pun lekukan tubuhnya. Aku paling suka sabuni di sekitaran belahan
bokongnya yang yang tidaklah begitu semok dan turun mengikuti belahan itu
sampai ke persimpangan, persimpangan tiga gang Rajawali. Tepat dipersimpangan
tiga gang Rajawali terdapat tugu Rajawali yang tak luput untuk dipersihkan
sampai bersih dan terlihat gagah. Mendekap Albert dari belakang sambil
mengusap-usap tubuhnya kebudian mengguyurkan air yang dingin ke tubuh kita
berdua. Perlahan Garudaku pun beranjak bangun dan mulai bersentuhan dengan
punggung Albert. Sangat tenang tetapi bergejolah di dalam jiwa ini, gejolak
yang mampu membangunkan Garudaku dari mimpi indahnya. Perlahan Garudaku terbang
ke gunung kembar dan bertenggert di sana, seolah-olah sedang menemukan mana
regen dari kerajaan sihir. Kini tubuh Albert bersih tanpa busa dan perlahan
Rajawalinya pun terbangun di hadapan singa yang kelaparan. Menatap wajah Albert
yang dipenuhi rasa bingung seolah tak mengetahui apa yang sedang terjadi saat
ini, kenapa ada situasi seperti ini. Dengan perlahan aku manjakan Rajawali
Albert dengan serangan slime snail. Slime snail menggoda Rajawali Albert dan
Albert pun mencengkram kepalaku berusaha melepaskan Rajawalinya dari serangan
slime snail. Tapi sayang sekali karena serangan slime snail itu dapat
mengurangi damage serangan Albert. Dengan HP dan Armor yang tebal maka Albert
dengan serangannya tidak dapat mematahkan serangan slime sanil kepunyaanku.
Wajah polosnya dan rasa tidak percaya akan apa yang terjadi membuat semua ini
terasa sempurna. Aku melepaskan seranganku dan melihat tubuh Albert yang
terlihat tidak kokoh lagi setelah terkena seranganku, tubuhnya kaku seperti
terkena stun dan masuk ke dalam dunia genjutsu. Aku mendekap Albert dan menahan
tubuhnya yang lemas setelah terkena seranganku. Perlahan ku dekatkan wajahku ke
wajahnya yang seolah masih terhipnotis dan ku daratkan bibir ini di bibirnya.
Slime snail ku lancarkan kembali dan sepertnya pintu labirin Albert terbuka.
Slime snailku menemukan slime snail yang lain di sana tapi dengan tingkat level
rendah yang bukan tandingan slime sanilku yang sudah level 30. Slime snail ini saling beradu meski sedikit kaku dan ku rasakan mana Albert terhisap oleh slime snailku. Mata Albert
terpejam dan shutdown, doubel kill, triple kill, maniac... Maafkan aku
Albert... Aku menyayangimu.
Aku pun tersadar
dari lamunanku. Kayaknya Albert enggan untuk bugil-bugilan lagi di depanku.
Albert mengganti pakaiannya dengan cepat tanpa sabunan dan tanpa kramasan.
"Kok nggak
sabunan?" tanyaku.
"Enggak, nanti
aja di rumah mandi lagi." begitu jawabnya.
Aku nggak bisa
memaksanya dan acara mandi pun selesai.
****
Perlahan aku dan
Albert meninggalkan kolam-kolam yang temani kita sedari tadi beranjak menuju
parkiran yang terletak di dekat pintu masuk kawasan kolam renang. Kita menunggu
taksi online yang sudah ku order sambil membeli beberapa es krim yang tak
terkenal di depan pintu masuk kolam. Tampak Albert ingin mencicipi semua
jajanan yang ada di tempat kita menunggu jemputan. Kali ini Albert jajan dengan
uangnya sendiri, dan mengisyaratkan padaku nggak mengapa bayar pakai uangnya
sendiri karena masih ada. Terlihat ada beberapa uang serebu, limaratus koin dan
ada selembar uang 10 rebu dan 5 rebu. Palingan juga ditotal duitnya 20 ebu
paling banyak. Itu adalah duit pemberian ayah Albert sebelum kita berangkat
kemaren sore.
"Pengumuman kepada semua pengunjung, waktu tinggal 15 menit lagi sebelum penutupan kolam." terdengar keras suara lewat towa yang terletak di sebuah tiang yang cukup tinggi memberitahukan kepada pada pengunjung agar segera menyudahi mandinya.
"Pengumuman kepada semua pengunjung, waktu tinggal 15 menit lagi sebelum penutupan kolam." terdengar keras suara lewat towa yang terletak di sebuah tiang yang cukup tinggi memberitahukan kepada pada pengunjung agar segera menyudahi mandinya.
Setelahnya jemputan
kita tiba walau cukup lama menunggu karena sulit mendapatkan driver. Kita pun
pergi ke asramaku untuk beres-beres. Aku bertemu temanku si Mail dan aku pinjam
sepeda motornya.
"El!"
sapaku.
"Apa
bang?" tanya Mail.
"Pinjam dulu
keretra kau El!" pintaku. Kalau di Medan sepeda motor disebut kereta ya,
jadi jangan salah persepsi. Hihihi...
"Di rumah
bang." jawab Mail kembali.
"Yuk lah kita
ambil." ujarku.
"Yuk lah. Abang
mau ke mana?" tanya Mail.
"Mau ngantarkan
ini pulang ke RSU AM" jawabku.
"Oke."
jawab Mail.
"Bet! Tunggu
bentar di sini ya!" seruku ke Albert.
"Ya."
jawab Albert.
Aku pun pergi
mengambil sepeda motor Mail.
"Bang jangan
lupa ya!" seru Mail.
"Iya, pertamax
kan?" tanyaku.
"Ya bang."
jawabnya lagi.
Selanjutnya aku pun
jembut Albert di kamarku. Setelah beres-beres kita pun berangkat.
"Bet, klaau
ngantuk bilang ya biar kita berhenti." ujarku.
"Ya."
jawabnya.
Aku pun membawa
sepeda motor Mail Supra X 125 terbaru yang injeksi, cukup ringan dan nyaman
digunakan. (Iklan)
Hehehehehe....
Di dalam perjalanan
aku pekan depan ingin ajak Albert rumah pamannya, yaitu suami kakakku sediri
yang berada di kampung. Tapi untuk sekarang ku pulangkan aja dulu Albert, kan
nanti pinjam lagi.
****
Setelah lama
diperjalanan kita pun akhirnya sampai di kostan tempat ayah Albert di tinggal
di sekitaran rumah sakit itu. Sedikit ngobrol dengan keluarga Albert. Ayah dan
ibu Albert berterimakasih karena aku sudah ngajak Albert jalan dan aku pun
mengeluarkan sekantong buah kelengkeng. Aku lupa kalau di mall kemaren kita
beli buah kelengkeng dan Albert sangat menyukai buah lengkeng. Buah kelengkeng
segar yang kita petik-petik langsung dari rangkaiannya yang baru keluar dari
boxnya. Albert saat itu terlihat semangat untuk memilih buah kelengkeng dan
masukkannya ke plastik tanpa kita pikir-pikir tuh harganya berapa kok main
masuk-masukkan ke plastik sesuka hati aja. Hahahahaha.... Tapi alhamdulillah
masih bisa terbayar kok. Cukup banyak kita bawa kelengkeng itu pulang, dan kini
buah kesukaan Albert menjadi buah tangan bagi ayah, ibu dan adeknya. Wah...
Senangnya bisa bahagiakan keluarga ini.
Pekan depan adalah
lebaran Id Adha dan aku ingin ajak Albert lagi. Kalu boleh sih, tapi liat nanti
aja dulu karena itu masih dalam pembicaraan berikutnya. Dan pada akhirnya aku
pamit untuk pulang.
Bye Albert...
****
Sepekan pun berlalu.
Hemmmm.... Aku ingin
jemput Albert ke kostan ayahnya, tapi sebelumnya aku telpon dulu untuk
pastikan.
"Halo bang,
gimana kondisi abang?" tanyaku ke ayah Albert.
"Ya, masih
susah lehernya makan masih sakit. Mau ngomong sama Albert?" tanya ayah
Albert.
"Ya,
boleh." jawabku.
"Halo."
sapa Albert.
Terjadilah
perbincangan aku dan Albert yang kata-katanya itu sebenarnya kata-kata ibunya
yang ajari dari belakang. Seperti kehabisa kata untuk bicara denganku.
Hemmmm... Kakak katakan kalau mereka sekarang sudah pulang ke kampung karena
abang (ayah Albert) ingin lebaran di kampung. Wah... Gagal deh kali ini bawa
Albert ke kampung. Aku tak jadi pergi jemput Albert dan akhirnya ku putuskan
untuk langsung pulang ke kampung.
Hari-hari pun
bergulir dan tiba saat lebaran. Hatiku merasa sedih karena Albert tak berada di
sisiku saat ini. Aku dapati kabar kalau kakeknya si Ardi (Pemeran utama Zero
Diary) sudah sakit dan sekarat, aku pun pergi menemuinya. Rumah tanteku rame
tamu-tamu mereka yang datang jenguk kakek Ardi. Saat aku memasuki rauangan
tempat kakek Ardi terbaring, kakek Ardi mengisyaratkan kalau dia memanggilku.
Kakek Ardi seolah meminta maaf atas apa yang telah terjadi antara dia denganku
selama ini yang pernah usir aku dari rumahnya. Aku juga minta maaf kalau ada
salah.
Selanjutnya aku
pamit dan pulang ke Medan dan keesokan paginya aku dapati ada pesan masuk bahwa
kakek Ardi telah meninggal dunia. Aku pun sekali lagi pulang ke kampung untuk
memberikan penghormatan terakhirku, aku juga ikut sholatkan dan mengantar kakek
Ardi ke pemakaman. Di pemakaman aku disapa oleh ibunya Amoz dan ibunya Ari yang
tak lain dan tak bukan adalah kakak sepupuku. Ari yang telah melaporkan diriku
kalau aku homo sehingga semua kelauraga besar mereka berkumpul dan blacklist
aku dari rumah mereka. Kali ini sepertinya mereka tidak marah padaku bahkan
ingin mengakrabkan diri denganku soalnya sudah setahun berlalu aku hilang
kontak dari mereka. Tapi aku lebih memilih mundur dari pandangan mereka.
Setelah selesai
pemakaman aku pamit kepada keluargaku dan kakakku (kakak kandung) yang
merupakan istri paman si Albert.
"Dek... Tadi
malam kakak dapat telpon dari ibu si Albert, kata kakak itu untuk sampaikan
samamu. Ayah Albert sudah meninggal kemaren malam." begitulah berita dari
kakakku.
Pikiranku makin tak
menentu dan aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Pastinya Albert saat ini
sangat sedih kehilangan ayah yang sangat dicintai dan dihormatinya, tapi aku
juga bisa apa untuk itu. Ingin rasanya aku terbang ke rumah Albert walau aku
nggak tau di mana rumahnya. Maafkan aku Albert kalau tak bisa melengkapi
kebahagiaanmu.
Selesai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar