Minggu, 18 Februari 2018

KOLAM RENANG (Lembaran 10)


Episode sebelumnya....

Albert menatapku yang sedang asik dengan rajawali miliknya dengan tatapan bingung seolah tak percaya, tapi hemmmmm.... Abaikan saja. Albert kembali membaca buku komik itu lagi. Kali ini Albert merasakan rasa yang seru baca komiknya ditambah rasa nikmat yang mungkin aneh. Hihihi...

Aku mandikan rajawali Albert dengan air liurku langsung, terasa lembut dan empuk. Ingin rasanya berlama-lama dengan rajawali Albert. Untuk bocah seumuran Albert, ku rasa Albert termasuk memiliki ukuran rajawali yang cukup bisa diandalkan. Aku sesekali menatap Albert tapi tetap saja Albert biasa aja sambil membaca komiknya. Tapi menurutku kalau sudah kokoh rajawli kepemilikan Albert, tandanya dia itu menikmati semua ini. Betul apa betul? Six asix... Hihihi.... Albert ku sayang, oh Albert ku sayang. Tak ingin ku terlewatkan momen-momen ini. Dan...

Tok tok tok....
Terdengar suara ketukan pintu dan OMG. Itu temenku datang...
Gawat.....

****
Next....

Aku bergegas untuk menutup kembali otong milik Albert. Semua harus dilakukan dengan cepat dan aman, nggak boleh sampai otongnya Albert terjepit ziper. Ku kondisikan situasi dan aku langsung lompat ke pintu dan....

Tak...
Bunyi suara kunci ku putar dan ku putar handel pintu.

Suasana yang greget bercapur aduk menjadi satu. Temanku melihat keadaan sekitaran ruang kamarku dan di dapatinya ada bocah yang sedang baringan sambil baca komik. Mungkin terasa aneh kalau pintu kamar ku kunci. Tapi temanku taunya itu bocah adalah keponakan aku jadi mungkin nggak ada timbul rasa curiga apa-apa. Hemmmmm... Kenapa dia datang sih di saat aku ingin berdua dengan Albert. Duh.... Nanggung banget.

Jam istirahat hampir usai dan aku sudah tak bisa berbuat apa-apa dengan Albert. Aku permisi ke Albert mau ke kantor bentar. Sesampainya di kantor aku hanya duduk-duduk aja. Matahari terik-teriknya di luar dan Albert di kamar sendirian karena temanku dah jelas balik kerja lagi ke kantornya. Aku cap cus aja ke kamar lagi.

"Yuk Bet!" ajakku.
"Kemana?" tanyanya.
"Kan tujuannya kita mau ke kolam." ujarku.

Terlihat Albert bermalas-malasan dan enggan beranjak dari posisinya sekarang.

"Nggak ada celanaku." kata Albert.

Duh... Nie anak alasan aja biar nggak jadi ke kolam renang. Padahal kan episode kali ini temanya aku ajak dia ke kolam renang, makanya aku izin sama ayahnya. Hemmmmmm.....

Ku keluarkan celana boxer dari lemariku yang emang dah ku persiapkan untuk hari ini. Inginnya sih aku bawa Albert ke toko pakaian, tapi waktu nya nggak sempet. Aku sebenarnya ingin membelikan Albert ya setidaknya sepotong atau satu stel pakaian biar nggak itu-itu aja baju Albert dari pertama kali ku lihat, kaos kerah biru dengan celana jins panjang.

"Nie Bet... Pakai ini aja." seruku sambil menyodorkan boxer.

Akhirnya Albert mau beranjak dari tempat persemayamannya.

"Dah selesai kau baca bukumu Bet?" tanyaku.
"Udah." begitu jawabnya.

Walau pun sudah kelar baca, tapi buku itu masih asik untuk dibolak-baliknya.

Aku persiapkan perlengkpan untuk berenang seperti celana pendek, perlengkapan mandi. Wah... Bakal mandi bareng Albert nggak nanti di sana ya di ruang bilas? Hihihihi... Jadi nggak sabar. Satu persatu perlengkapan itu telah masuk ke ranselku dan tak lupa bawa hp dan dompet. Isinya jangan lupa ya. Hehehehe.....

****

Loh... Mas! Kerjanya gimana? Ini kan masih siang, belum selesai jam kerjanya?

Bodo amat dah. Waktuku di sini nggak banyak bersama Albert, jadi harus bisa dimkasimalkan semaksimal mungkin. Cabut kerja dah. Mumpung semua rekan kerja jam segini lagi pada di kantor, yuk Bet go.... go.... Biar nggak ada yang kepoin kepergian kita. Hahahaha....

****

Lagi-lagi taksi online yang menjadi pilihanku sebagai transport ke kolam renang bersama Albert. Dan tak lama menunggu sang taksi online pun datang, dan kita pun berangkat. Cap cus dah... Tapi jangan lupa ya.

"Pak... AC nya dimatiin aja, adek saya nggak tahan AC." pintaku kepada pak driver.
"Baik pak, jadi kita buka aja kaca jendela mobilnya ya pak. Sebentar pak..." jawab sang driver sambil menurunkan windows kaca mobil.

Tak membutuhkan waktu lama karena kolam renangnya nggak begitu jauh dari tempat tinggalku, sekitaran 2 km saja. Walau pun dekat, aku harapkan dapat mencerikah suasana hati Albert.

Kolam yang biasa aku gunakan untuk berenang atau belajar berenang kini kami sudah sampai. Hari ini ku bawa Albert yang biasanya aku hanya bersama teman temanku saja.

Aku biasa kok pergi ke kolam renang ini bersama teman-teman pada hari Jumat pagi. Kenapa Jumat pagi? Karena kita liburnya Jumat dan waktu pagi itu masih seger dan sepi. Kolamnya juga nggak terlalu banyak yang pipisin. Hehehehe...

****

Aku dan Albert turun dari taksi online dan berjalan dari parkiran dan membeli tiket masuk. Harga tiketnya nggak mahal kok, Cuma berkisar 10k dan gratis 1 buah teh botol ukuran pouch/tiket. Mungkin ini bukanlah kolam renang yang mewah, tapi inilah yang  tersedia untuk saat ini. Kita menuju area kolam dan aku tukarkan tiket dengan minuman tadi.



"Rame...." seru Albert.

Kita mencari tempat untuk meletakkan tas dan ke ruang ganti untuk ganti ke mode baju renang. Ruang ganti atau ruang bilas itu diseberang kolam yang kedalamannya 1,6m dari tempat penukaran tiket. Aku ingin sih membawa Albert ke Theme Park Pantai Cermin yang salah satu wahana bermain air terbesar dan rekomen di kabupatenku, tapi jauh dan banyak faktor penghambatnya sih. Dari lokasi yang sangat jauh dan penggunaan trasnport dan pastinya butget ke sana itu cukup besar dari transport dan tiket masuk yang berkisar 100k/orang.

Next...

Aku dan Albert sekarang berada di ruang ganti. Waw... Albert dan aku dalam satu bilik lagi. Apa yang akan terjadi? Akankah sama kejadiannya dengan di kamar mandi asrama? Waduh... Aku inginnya sih begitu dan kalau bisa lebih. Hihihi...

Albert segera melucuti pakaiannnya tapi sepertinya dia ragu untuk melepas segitiga kuning miliknya. Tapi mau nggak mau ya dibuka juga karena nanti dia nggak ada semvak lagi. Sekali lagi burung rajawali Albert terekspos walau tidak dalam keadaan ready alias layu. Tak ingin memberikanku pemandangan yang bagus itu, Albert segera memakai celana yang ku bawa tadi tapi langsung gitu aja. Hemmmmm.... Aku nggak dikasi sentuh otongnya. Aku pun bergegas ganti karena Albert juga sudah nggak sabar, tapi bukan nggak sabar untuk bermanja dengan burung garudaku ya. Albert sudah nggak sabar untuk terjun ke lapangan, untuk main air.

Next....

Tak menunggu isyarat atau aba-aba, Albert langsung jebur ke kolam yang 1,6 meter. Terlihat bahwasannya Albert itu emang pandai berenang. Sekedar pamer skill maka Albert mencoba beberapa gaya renang dari yang standar sampai yang tiduran di atas air. Aku itu orangnya nggak pande berenang, hehehe... Kalau berenang pasti nggak jauh-jauh dari pinggir kolam, karena kalau habis nafas maka ke tepian kolam. Kalah telak nie aku di kolam.  Maunya sih peluk Albert di dalam kolam sambil mesra-mesraan gitu, tapi nggak mungkin di kolam yang lumayan buat merendam hidungku kalau aku berdiri di dasar kolam. Megap gan...

Albert tampak menikmati renangnya di kolam yang mungkin tak banyak dari anak yang seumuran dia di situ. Memang tak begitu luas sih kolam yang ukuran 1,6 meter ini tapi cukup memadai sih menurutku. Apa pun itu aku nggak begitu mempedulikannya, yang penting bagiku kalau Albert sudah tersenyum maka aku akan senang. Sayang Albert...

Terlihat Albert keluar dari kolam 1,6 meter dan bergegas menuju kolam yang sangat luas dan ramai, yups... kolam yang biasa digunakan anak-anak dan keluarganya. Ada beberapa wahana air seperti seluncuran yang cukup menyenangkan bagi Albert, aku pun ikut di belakangnya untuk memperhatikannya. Kan gawat kalau Albert hilang di tempat ramai seperti ini, tapi Albert nggak mikirkan itu. Hahahaha... Dasar bocah dah...


Kayaknya setiap sudut kolam disusuri Albert dan setiap wahana wajib di coba. Aku hanya mengikuti ke mana Albert pergi agar tak sulit untukku menemukannya. Albert mengenakan celana pendek atau biasa disebut celana kolor kalau di tempatku, dan mengenakan singlet putih. Semua pakaian itu melekat erat di tubuh Albert menampakkan setiap lekukan tubuhnya. Aku nggak ingat lagi sudah berapa kali kita naik prosotan atau seluncuran air. Aku duduk di belakang Albert sambil memeluknya dan meluncur dengan cepatnya. Kita meluncur masuk langsung ke kolam yang tidaklah dalam, palingan setengah meter. Hiruk-pikuk suasana kolam di hari weekend ini membuat Albert sungguh bersemangat.

Aku mengingat sebuah official video kamtis...

Luar Biasa.

Dulu aku seorang loser tapi kini ku punya power
Dulu aku dipandang sebelah mata tapi kini ku sang juara
Ku tak biasa biasa saja, biasa saja ku tak suka
Dulu biasa, biasa saja kini aku luar biasaaaaaaaaaaaa
Ooooooooooooooooo......oooooooooooooo.....

****

Duh... Laper juga lama-lama berendam di air. Terlihat Albert memperhatikan orang-orang yang dipinggiran kolam sedang menikmati mie instan cup. Wew...

"Mau kau itu Bet?" tanyaku sambil mengisyaratkan makanan mie instan cup tersebut.
"Kau mau?" tanya Albert.

Aku pun tersenyum ke arahnya mengisyaratkan up to you.

"Sini ku beli." seru Albert.

Aku pun menuju tasku dan mengambil selembar uang 20 rebu. Albert mengambil uang tersebut dan berjalan cepatnya melintasi kolam sambil mengangkat tangan kanannya agar uang tadi nggak basah. Hehehehe... Kalau uangnya basa apa jadi nggak laku ya? Hihihihi...

Aku memperhatikan Albert dari kejauhan, rasa jenuh melanda menanti Albert yang tak kunjung tiba. Ku putuskan untuk menjemputnya untuk mengetahui apa yang membuatnya lama. Terlihat banyak juga orang yang berkerumun untuk membeli mie instan cup di cuaca yang terik ini.

****

Waduh... Pantas lama kalau begini. Lagian kalau beli mie instan cup desak-desakan seperti ini bakal lama dan ditambah Albert itu masih bocah dan kecil yang mungkin tidak begitu terperhatikan sama kakak yang jual mie instan cup. Ini Medan, siapa yang punya power maka dia yang menang dan untuk kali ini Albert kalah power dengan tante-tante dan om-om yang kelaparan yang lupa akan daratan. Wew...

"Bet... Sini duitnya, biar aku aja yang beli." ujarku.

Albert menyerahkan duit 20 rebu yang dipegangnya tadi. Aku mengisyaratkan padanya agar main aja dulu di kolam, kalau urusan yang satu ini biar aku yang tangani. Dan benar saja, kalau aku yang berdiri di stan itu nggak menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan mie instan cup. Aku juga membeli bebrapa bungkus kacang atom dan mienuman gelas sebagai teman untuk meyantap mie instan cup ini. Aku pilih mie instan cup yang rasa kari yang cup nya warna kuning. Waw...

Aku berjalan menyusuri pinggiran kolam menuju tempat dudukan yang tersedia di sepanjangan pinggiran kolam. Kan nggak banget kalau menerobos tengah kolam sambil bawa mie instan cup, bisa kena penalti dari penjaga kolam yang standbay di pinggiran kolam memperhatikan suasana kolam sedari tadi. Jadi peraturan kolam kan nggak boleh membawa makanan atau minuman ke dalam kolam.

Sesampainya di tempat dudukanku yang aku meletakkan tasku di situ, aku lambaikan tanganku ke Albert untuk segera naik dari kolam dan bergabung bersamaku untuk menikmati 1 cup mie instan rasa kari ini. Meski tidak bersegera meninggalkan posisinya di kolam, tapi akhirnya Albert naik juga dan duduk di sampingku. Sungguh suasana sore yang indah.

Menikmati mie instan cup di sore hari yang panas gini sambil memperhatiakn Albert yang terlihat asyik makan mie tersebut. Wajah polos Albert yang tampak sekali masih bocah tak berdosa yang sedang berada di sisi om-om baik hati yang suka memanjakan bocah penuh maksud, membuat semua ini terasa begitu epik. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk menghabisakan mei instan cup yang isinya itu nggak banyak alisas dikit, suek dah kebesaran tempat. Hihihihi...

Next...

Albert kembali berendam lagi di kolam sambil melepaskan kepenatannya. Kita adu nyelam, lama-lamaan. Sudah pasti bisa ditentukan aku yang menang karena kapasitas paru-paruku lebih besar dari Albert. Tapikalau lomba berenang atau main kejar-kejaran di air, sudah dipastikan aku yang kalah karena aku nggak begitu bisa renang. Selanjutnya kita main seluncuran air lagi dan lagi. Lumayan terkuras banyak energi seperti ini tapi ku lihat Albert masih semangat seolah dia menyerap energi alam yang tak terbatas energinya.

"Bet... Sudahan ya! Dah sore, nanti pulang lagi kita." ajakku untuk berhenti main air karena aku harus balikan Albert ke kostan ayahnya yang jaraknya cukup jauh sekitar sejam perjalanan.
"Bentar lagi, 5 kali lagi." jawab Albert mengisyaratkan untuk diberi kesempatan 5 putaran lagi main seluncuran air.

Aku membiarkannya bermain kembali sedangkan aku hanya perhatikan dia dari jauh walau masih dalam kolam kedalaman setengah meter. Setelahnya aku pergi ketepian dan duduk di tempat dudukanku yang bersebelahan dengan tasku. Tak nampak sedikit pun Albert ingin menyudahi permainannya hari ini, walau ku tau sudah lebih dari 5 kali dia main seluncuran air. Aku memanggil Albert 2, 3 kali untuk mengingatkan kalau kita harus siap-siap pulang. Cukup lama juga membujuknya sampai akhirnya dia mau keluar kolam. Kita pergi ke ruang bilas untuk mandi dan ganti pakaian. Aku sudah persiapkan peralatan mandi juga dan handuk.

"Bet... Masuk!" pintaku agar dia mau masuk ke dalam bilik bilas.
"Di sini aja." pintanya agar mandi di ruangan terbuka yang ada showernya yang memancarkan air.
"Enggak, di dalam aja." seruku.

Akhirnya Albert nurut dan kita pun masuk ke dalam bilik bilas. Jantung ini pun berdetak dengan kencangnya. Tak kuasa hati ini menahan gejolak cinta yang sudah lama membara. Ku guyurkan air itu ke tubuhku dan Albert dan sesaat suasanana menjadi hening ditambah suara latar air keran yang memancar ke dalam bak plastik di dalam ruang bilas. Entah apa yang ku pikirkan tapi pikiran ini melayang-layang ke angkasa. Aku ingin sekali memeluknya saat ini.

****

Saat Albert menanggalkan satu persatu pakaiannya dan tubuhnya yang bocah mulus itu pun terekspos. Di saat itu juga aku sudah sama dalam keadaan tak mengenakan pakaian sebenang pun. Mulai sampoin Albert dan sabuni seluruh tubuhnya tanpa melewatkan satu celah pun lekukan tubuhnya. Aku paling suka sabuni di sekitaran belahan bokongnya yang yang tidaklah begitu semok dan turun mengikuti belahan itu sampai ke persimpangan, persimpangan tiga gang Rajawali. Tepat dipersimpangan tiga gang Rajawali terdapat tugu Rajawali yang tak luput untuk dipersihkan sampai bersih dan terlihat gagah. Mendekap Albert dari belakang sambil mengusap-usap tubuhnya kebudian mengguyurkan air yang dingin ke tubuh kita berdua. Perlahan Garudaku pun beranjak bangun dan mulai bersentuhan dengan punggung Albert. Sangat tenang tetapi bergejolah di dalam jiwa ini, gejolak yang mampu membangunkan Garudaku dari mimpi indahnya. Perlahan Garudaku terbang ke gunung kembar dan bertenggert di sana, seolah-olah sedang menemukan mana regen dari kerajaan sihir. Kini tubuh Albert bersih tanpa busa dan perlahan Rajawalinya pun terbangun di hadapan singa yang kelaparan. Menatap wajah Albert yang dipenuhi rasa bingung seolah tak mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini, kenapa ada situasi seperti ini. Dengan perlahan aku manjakan Rajawali Albert dengan serangan slime snail. Slime snail menggoda Rajawali Albert dan Albert pun mencengkram kepalaku berusaha melepaskan Rajawalinya dari serangan slime snail. Tapi sayang sekali karena serangan slime snail itu dapat mengurangi damage serangan Albert. Dengan HP dan Armor yang tebal maka Albert dengan serangannya tidak dapat mematahkan serangan slime sanil kepunyaanku. Wajah polosnya dan rasa tidak percaya akan apa yang terjadi membuat semua ini terasa sempurna. Aku melepaskan seranganku dan melihat tubuh Albert yang terlihat tidak kokoh lagi setelah terkena seranganku, tubuhnya kaku seperti terkena stun dan masuk ke dalam dunia genjutsu. Aku mendekap Albert dan menahan tubuhnya yang lemas setelah terkena seranganku. Perlahan ku dekatkan wajahku ke wajahnya yang seolah masih terhipnotis dan ku daratkan bibir ini di bibirnya. Slime snail ku lancarkan kembali dan sepertnya pintu labirin Albert terbuka. Slime snailku menemukan slime snail yang lain di sana tapi dengan tingkat level rendah yang bukan tandingan slime sanilku yang sudah level 30. Slime snail ini saling beradu meski sedikit kaku dan ku rasakan mana Albert terhisap oleh slime snailku. Mata Albert terpejam dan shutdown, doubel kill, triple kill, maniac... Maafkan aku Albert... Aku menyayangimu.

Aku pun tersadar dari lamunanku. Kayaknya Albert enggan untuk bugil-bugilan lagi di depanku. Albert mengganti pakaiannya dengan cepat tanpa sabunan dan tanpa kramasan.

"Kok nggak sabunan?" tanyaku.
"Enggak, nanti aja di rumah mandi lagi." begitu jawabnya.

Aku nggak bisa memaksanya dan acara mandi pun selesai.

****

Perlahan aku dan Albert meninggalkan kolam-kolam yang temani kita sedari tadi beranjak menuju parkiran yang terletak di dekat pintu masuk kawasan kolam renang. Kita menunggu taksi online yang sudah ku order sambil membeli beberapa es krim yang tak terkenal di depan pintu masuk kolam. Tampak Albert ingin mencicipi semua jajanan yang ada di tempat kita menunggu jemputan. Kali ini Albert jajan dengan uangnya sendiri, dan mengisyaratkan padaku nggak mengapa bayar pakai uangnya sendiri karena masih ada. Terlihat ada beberapa uang serebu, limaratus koin dan ada selembar uang 10 rebu dan 5 rebu. Palingan juga ditotal duitnya 20 ebu paling banyak. Itu adalah duit pemberian ayah Albert sebelum kita berangkat kemaren sore.

"Pengumuman kepada semua pengunjung, waktu tinggal 15 menit lagi sebelum penutupan kolam." terdengar keras suara lewat towa yang terletak di sebuah tiang yang cukup tinggi memberitahukan kepada pada pengunjung agar segera menyudahi mandinya.

Setelahnya jemputan kita tiba walau cukup lama menunggu karena sulit mendapatkan driver. Kita pun pergi ke asramaku untuk beres-beres. Aku bertemu temanku si Mail dan aku pinjam sepeda motornya.

"El!" sapaku.
"Apa bang?" tanya Mail.
"Pinjam dulu keretra kau El!" pintaku. Kalau di Medan sepeda motor disebut kereta ya, jadi jangan salah persepsi. Hihihi...
"Di rumah bang." jawab Mail kembali.
"Yuk lah kita ambil." ujarku.
"Yuk lah. Abang mau ke mana?" tanya Mail.
"Mau ngantarkan ini pulang ke RSU AM" jawabku.
"Oke." jawab Mail.

"Bet! Tunggu bentar di sini ya!" seruku ke Albert.
"Ya." jawab Albert.

Aku pun pergi mengambil sepeda motor Mail.

"Bang jangan lupa ya!" seru Mail.
"Iya, pertamax kan?" tanyaku.
"Ya bang." jawabnya lagi.

Selanjutnya aku pun jembut Albert di kamarku. Setelah beres-beres kita pun berangkat.

"Bet, klaau ngantuk bilang ya biar kita berhenti." ujarku.
"Ya." jawabnya.

Aku pun membawa sepeda motor Mail Supra X 125 terbaru yang injeksi, cukup ringan dan nyaman digunakan. (Iklan)
Hehehehehe....

Di dalam perjalanan aku pekan depan ingin ajak Albert rumah pamannya, yaitu suami kakakku sediri yang berada di kampung. Tapi untuk sekarang ku pulangkan aja dulu Albert, kan nanti pinjam lagi.

****

Setelah lama diperjalanan kita pun akhirnya sampai di kostan tempat ayah Albert di tinggal di sekitaran rumah sakit itu. Sedikit ngobrol dengan keluarga Albert. Ayah dan ibu Albert berterimakasih karena aku sudah ngajak Albert jalan dan aku pun mengeluarkan sekantong buah kelengkeng. Aku lupa kalau di mall kemaren kita beli buah kelengkeng dan Albert sangat menyukai buah lengkeng. Buah kelengkeng segar yang kita petik-petik langsung dari rangkaiannya yang baru keluar dari boxnya. Albert saat itu terlihat semangat untuk memilih buah kelengkeng dan masukkannya ke plastik tanpa kita pikir-pikir tuh harganya berapa kok main masuk-masukkan ke plastik sesuka hati aja. Hahahahaha.... Tapi alhamdulillah masih bisa terbayar kok. Cukup banyak kita bawa kelengkeng itu pulang, dan kini buah kesukaan Albert menjadi buah tangan bagi ayah, ibu dan adeknya. Wah... Senangnya bisa bahagiakan keluarga ini.

Pekan depan adalah lebaran Id Adha dan aku ingin ajak Albert lagi. Kalu boleh sih, tapi liat nanti aja dulu karena itu masih dalam pembicaraan berikutnya. Dan pada akhirnya aku pamit untuk pulang.

Bye Albert...

****

Sepekan pun berlalu.

Hemmmm.... Aku ingin jemput Albert ke kostan ayahnya, tapi sebelumnya aku telpon dulu untuk pastikan.

"Halo bang, gimana kondisi abang?" tanyaku ke ayah Albert.
"Ya, masih susah lehernya makan masih sakit. Mau ngomong sama Albert?" tanya ayah Albert.
"Ya, boleh." jawabku.

"Halo." sapa Albert.

Terjadilah perbincangan aku dan Albert yang kata-katanya itu sebenarnya kata-kata ibunya yang ajari dari belakang. Seperti kehabisa kata untuk bicara denganku. Hemmmm... Kakak katakan kalau mereka sekarang sudah pulang ke kampung karena abang (ayah Albert) ingin lebaran di kampung. Wah... Gagal deh kali ini bawa Albert ke kampung. Aku tak jadi pergi jemput Albert dan akhirnya ku putuskan untuk langsung pulang ke kampung.

Hari-hari pun bergulir dan tiba saat lebaran. Hatiku merasa sedih karena Albert tak berada di sisiku saat ini. Aku dapati kabar kalau kakeknya si Ardi (Pemeran utama Zero Diary) sudah sakit dan sekarat, aku pun pergi menemuinya. Rumah tanteku rame tamu-tamu mereka yang datang jenguk kakek Ardi. Saat aku memasuki rauangan tempat kakek Ardi terbaring, kakek Ardi mengisyaratkan kalau dia memanggilku. Kakek Ardi seolah meminta maaf atas apa yang telah terjadi antara dia denganku selama ini yang pernah usir aku dari rumahnya. Aku juga minta maaf kalau ada salah.

Selanjutnya aku pamit dan pulang ke Medan dan keesokan paginya aku dapati ada pesan masuk bahwa kakek Ardi telah meninggal dunia. Aku pun sekali lagi pulang ke kampung untuk memberikan penghormatan terakhirku, aku juga ikut sholatkan dan mengantar kakek Ardi ke pemakaman. Di pemakaman aku disapa oleh ibunya Amoz dan ibunya Ari yang tak lain dan tak bukan adalah kakak sepupuku. Ari yang telah melaporkan diriku kalau aku homo sehingga semua kelauraga besar mereka berkumpul dan blacklist aku dari rumah mereka. Kali ini sepertinya mereka tidak marah padaku bahkan ingin mengakrabkan diri denganku soalnya sudah setahun berlalu aku hilang kontak dari mereka. Tapi aku lebih memilih mundur dari pandangan mereka.

Setelah selesai pemakaman aku pamit kepada keluargaku dan kakakku (kakak kandung) yang merupakan istri paman si Albert.

"Dek... Tadi malam kakak dapat telpon dari ibu si Albert, kata kakak itu untuk sampaikan samamu. Ayah Albert sudah meninggal kemaren malam." begitulah berita dari kakakku.

Pikiranku makin tak menentu dan aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Pastinya Albert saat ini sangat sedih kehilangan ayah yang sangat dicintai dan dihormatinya, tapi aku juga bisa apa untuk itu. Ingin rasanya aku terbang ke rumah Albert walau aku nggak tau di mana rumahnya. Maafkan aku Albert kalau tak bisa melengkapi kebahagiaanmu.

Selesai...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar