Sabtu, 05 Mei 2018

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 9)


None

Pagi yang seru bersama adek-adekan yang bikin ngaceng. Ku pelu tubuh Andre dan ku ciumin pentil susunya yang tak ada airnya.

"Dah ah... Geli bang. Jauh jauh jauh....." seru Andre sambil mendorong kepalaku.

Aku menurunkan kepalaku dan menjilati perut Andre.

"Emmmmm..... Udah ah bang." seru Andre sambil meronta-ronta.

Aku masih saja iseng menjilati perut Andre dan makin turun lagi karena Andre meronta terus. Terdapat daging lebih di bawah perutnya. Tak menunggu kama aku pun turut memainkan otong itu yang masih layu kayak lintah. Tak luput dari permainanku, dua buah bola yang diengkrami burung abadi pun turut ku mainkan. Lintah Andre nampak besar seperti telah menghisap darah yang banyak, darah dari nafsu dan birahi yang menggelora.

"Hek...." suara Andre tertahan dan kedua tangan Andre pun menahan kepalaku.

Kepalaku masih betah bermain dengan daging lebih di bawah perut Andre itu. Nafas Andre memburu dan jantungnya berdetak kencang. Ku rasakan getaran itu sangat terasa kuat.

"Emmmmm.... Udah bang, jangan! Geli.... Hemmmmm....." terdengar suara Andre meracau.

Aku masih tak menghiraukan apa yang dikatakan Andre, yang pastinya hari ini Andre adelah milikku seutuhnya. Sesaat kemudian aku pun menarik kepalaku dari sebuah benda tumpul keras yang terbuat dari daging itu. Terlihat tubuh Andre bergetar, jantungnya berdegub kencang memompa adrenalin yang membara. Tubuhnya terlihat lemas seolah pasrah untuk diapa-apain. Tenang saja, aku nggak akan biarkan kau lama menanti kisah ini dirajut Andre.

Perlahan ku dekati tubuh Andre lagi dan ku hisap puting susu kanan Andre. Tangan Andre tak lagi melakukan pembrontakan, hanya menyentuhkan kedua tangannya di kepalaku tanpa mendorongnya. Nafas Andre tersenggal dan memburu. Suara nafas Andre terdengar cukup keras dan tubuhnya mulai basah oleh keringat. Aku melanjutkan ke puting Andre yang sebelah kiri dan masih tak ada perlawanan. Muingkin Andre sudah tidak memiliki tenaga lagi atau sudah pasrah untuk menyerahkan tubuhnya ini kepadaku. Apa pun itu aku menyukainya.

Suasana kamar ini sepertinya semakin memanas dan aku pun menaikkan intens seranganku. Ku cium leher Andre yang membuatnya meronta-ronta, karena mungkin leher termasuk bagian yang sangat sensitif di tubuh Andre. Andre tak banyak komentar, hanya suara lenguhannya saja yang terdengar seperti suara sapi. Hahahaha....

Ku peluk tubuh Andre dan kont*lku yang sudah mengeras bergesekan dengan kont*l Andre. Kaki Andre mengepit tubuhku seolah-olah sudah siapa untuk digagahi olehku, tapi tunggu sebenatar ya Ndre, aku masih ingin bermain yang lain dulu. Aku masih bermain dengan leher dan ku jilati ketek Andre yang membuatnya meronta-ronta kayak ulat bulu.

Sejeak aku menghentikan agresiku dan menatap wajah Andre yang terengah-engah dengan mata tertutup. Masih terdengar suara nafasnya kencang dan detak jantung di dadanya yang berdebar kencang. Ku dekatkan wajahku ke wajah Andre. Wajah ini dekat dan mendekat perlahan sampai bibir ini pun menyentuh bibir Andre. Andre pun menutup bibirnya rapat-rapat. Aku mengangkat kemabali wajahku dan menatap wajahnya kemabali. Andre membuka matanya dan menggelengkan kepalanya mengisyaratkan enggak. Aku tersenyum nakal kepadanya dan ku sentuhkan jari telunjukku di bagian pinggir perutnya yang rada sensitif.

"Aaaaa'" suara Andre refleks karena mendapat rangsangan geli di areal pinggir perutnya.

Aku mendaratkan ciumanku di mulutnya yang saat itu terbuka. Aku menciumi Andre dengan memasukkan lidahku ke mulutnya untuk bermain dengan lidah Andre. Andre tampak kaku dan kewalahan menerima serangan dari bibir dan lidahku ini, walau akhirnya Andre berusaha mengimbanginya. Aku memeluk erat tubuh Andre sembari tangan kananku mengelus-elus rambut Andre dan tangan kiriku memainkan puting susu kanan Andre. Terlihat kalau sekarang Andre sudah masuk kemode full. Full Raptor auto birahi. Kini tangan Andre memelukku sambil belai belai punggungku. Aku pun melepaskan ciuman tadi dan turun ke lehernya. Andre masih mengelus elus punggungku dengan lembut. Aku menarik tubuhku menjauh dari tubuh Andre yang terkulai lemas. Ku tatapi wajah Andre dari ujung rambut sampi turun ke bawah ke ujung tit*t Andre. Tit*t Andre lumayan besar walau masih besaran punyaku dikit, jadi nggak kalah tender sama Andre.

Perlahan ku lebarkan kaki Andre dan Andre pun menutup lubang mataharinya. Aku pun menatapnya dengan tatapan penuh Arti dengan senyum tipis.

"Sakit bang." seru Andre lirih.
"Pelan-pelan kok." jawabku meyakinkan Andre kalau semuanya akan baik-baik saja.

Aku pun mendekatkan kepalaku dan menciumi dan menjilati lubang Andre yang sebenarnya tak selayaknya ku lakukan. Tangan Andre meremas rambutku dan tubuhnya bergetar menahan deru nikmat dan geli yang dia dapatkan. Tangan kananku menggenggam tit*t Andre dan membuat gerakan naik turun membuat Andre semakin menjadi-jadi. Suara lenguhan Andre mulai terdengar tak sanggup untuk menyembunyikan bahwasannya dia juga menikmati permainan ini. Kini lubang Andre sudah sangat basah dengan liur ini dan aku pun membasahi jari telunjukku dan aku menjilati dan megemut tit*t Andre sebelum memasukkan jari telunjukku ke lubang kenikmatan Andre. Centi demi centi telunjukku mulai tenggelam ke dalam lubang yang hangat itu diiringi rintihan suara Andre yang menahan rasa ingin BAB itu.

"Emmmmmmmmmm........ Bang, sa kiit." terdengar suara Andre lirih.



Aku pun berhenti memasukkan jariku lebih dalam dan mencabutnya kembali. Ku tambah air liurku di jariku dan ku emut kencang tit*t Andre sembari mencoba memasukkan kembali jari telunjukku itu lagi. Masih terdengar suara erangan Andre yang tertahan. Aku mencoba untuk memaju mundurkan jariku di dalam lubang Andre yang hangat sambil menaikkan intensitas emutanku di tit*t Andre. Tangan Andre menjambak rambutku erat dan tubuhnya pun bergetar hebat menggeliat kayak ulat bulu sambil ku percepat pula hujaman jariku di dalam lubang Andre.

"Emmmmmhhhhh.... Emmmmmhhhhhh......" hanya itu yang terdengar dari mulut Andre yang tertutup rapat oleh bibirnya.

Setelah semua itu ku rasa telah tepat dan siap, aku pun mencabut jariku dari lubang kenikmatan Andre. Ku menatap wajahnya yang seolah tak ingin tapi kayak masih menyimpan sebuah kata penasaran. Mungkin sakit iya, tapi nikmat juga nggak bisa ditolaknya. Sungguh jahat kau Ri, anak orang dah abis kau buat. Jahat...

"Jangan bang." seru Andre sambil geleng-gelengkan kepalanya dan menutup lubangnya dengan kedua tangannya.

Aku pun memberikan ekspresi wajah yang meyakinkannya bahwa ini akan baik baik saja. Andre pun membuka selangkangannya dan bembuka lubang yang tadi di tutupnya. Mata Andre terpejam seolah tak kuasa menerima kenyataan kalau dia bakal digagahi oleh seoarang pemuda yang mungkin telah dianggapnya sebagai abangnya sendiri. Tapi beginilah kenyataan, terkadang tak berjalan lancar sesuai harapan. Tapi apakah ini termasuk salah satu dari harapan Andre? Apa pun itu yang penting bagiku adalah "Josss..." karena dah kepalang nafsu.

Tit*tku sudah berada tepat di posisi depan lubang Andre. Perlahan tapi pasti tit*tku itu ku dorong memasuki lubang hangat milik Andre. Sekarang kepalanya telah tenggelam tertelan oleh lubang kehangatan yang sempit banget itu.

"Eeeeeeeeeehhhhhhh......" terdengar suara lenguhan Andre menahan rasa sakit itu sambil menggigit bibirnya.

Jantung Andre berdetak dengan cepatnya. Aku berhenti sejenah mendorong dan tangan Andre menahan dorongan pahaku dan pinggulku yang semakin lama semakin merapat dengan selangkangannya. Aku melanjutkan kembali doronganku walau tangan Andre berusaha keras untuk menahannya. Sekarang tit*tku mentok sudah nggak bisa dimasukkan lagi.

"Heekkkk..." suara Andre tertahan.

Perlahan ku mundurkan kembali tit*tku dan ku dorong perlahan. Terlihat Andre menggeliat bagai ulat bulu dan akhirnya ritme gerakanku pun semakin cepat memompa lubang kenikmatan milik Andre. Andre berusaha menahan gerakan tubuhku agar tidak bergerak apa lagi makin cepat, tapi itu adalah perbuatan sia-sia karena aku tak akan membiarkan hal ini berhenti sampai di sini.

"Ahhhh ahhh ahhhh ahhhhh....."
"Uhhhhhh...."
"Udah bang."
"Sa kit.... Emmmmmhhhhhh......"

Ceracau Andre keluar dari mulutnya tapi aku tak menghiraukannya. Hujaman kont*lku semakin keras dan cepat seperti singa yang sedang memangsa buruannya dengan buas. Selanjutnya ku dekatkan tubuhku ke tubuh Andre dan wajahku ke wajahnya. Ku ciumi bibir lembut Andre yang berusaha ditutupnya rapat-rapat walau pada akhirnya Andre mau juga membuka mulutnya hingga lidah ini pun saling beradu dan bertukar liur kenikmatan ini. Kedua tangan Andre melingkar di punggungku dan mendekapnya erat, sedangkan hujaman kont*lku semakin cepat-semakin keras menghujam lobang kenikmatan Andre. Mulut ini masih menciumi bibirnya dan turun ke leher Andre. Ku cium leher Andre walau aku tak ingin meninggalkan bekas cupangan, jadi ku jilat-jilat leher Andre yang terasa sedikit asin karena keringatnya mulai bercucuran. Aku menjauhkan tubuhku dan menikmati ekspresi wajah Andre yang menahan nikmat dan sakit secara bersamaan dengan hujaman kont*lku. Aku tak ingin menyudahi permainan ini.

Ku balikkan badan Andre yang lemah tak bertenaga setelah ku cabut senjata tongkat sakti kepemilikanku. Kini belahan pant*t Andre sedang terekspos di depan mataku. Ku belai dan ku remas kedua bongkahan daging yang kenyal itu. Ku dekatkan wajahku dan ku ciumi dan ku jilati lubang itu lagi dari sisi yang berbeda sekarang. Mungkin aku sudah gila, tapi inilah aku yang tak bisa kendalikan sisi gelap hidupku. Ku ludahi lubang Andre dan ku lumasi kembali kont*lku dengan liurku. Perlahan ku dekatkan kont*lku dengan belkan gunung milik Andre tepat pada lubang kenikmatannya. Ku sentuhkan kont*lku pada lubang itu dan ku masukkan kepala kont*lku perlahan dan ku hentakkan keras menghujam lubang kenikmatan Andre. Pekikan kencang keluar dari mulut Andre.

"Ahhhhhhhhhhhh........."
"Emmmmmmmmmmmmmm...."

Suara Andre ku tahan dengan bekapan tanganku dan tubuhku pun mulai memompa lubang kenikmatan milik Andre sekali lagi. Erangan-demi erangan itu keluar dari mulut Andre, tapi itu hanya membuatku bersemangat untuk menggenjotnya dan tak membuatku iba atas teriakan kesakitannya. Aku sudah gelap mata dan tak lagi dapat mengendalikan diri. Ku dekap tubuh Andre dari belakang dan ku ciumi lehernya dari belakang.

"Gimana sayang, enakkan kont*l abang?" seruku sambil masing menggenjotnya.
"Emmm emmmm..... Sa kit bang." seru Andre meringis.
"Iya... Tapi enakkan." seruku lagi.
"Emmmm emmmmmm....." suara Andre tanpa jawaban dari pertanyaanku.

Sekarang kau milikku sepenuhnya, berikan aku seluruh kenikmatan yang bisa kau berikan padaku Andre. Hahahahaha....

Kini ku tarik pinggul Andre dan sekarang Andre seperti nungging dan aku masih saja menggenjot lubang Andre dalam posisi dogy style. Nikmat banget dan kont*l ini mentok. Ku pukul perlahan belahan pant*t Andre yang menggepit kont*lku dengan jadi jemariku.

"Ahhhhh ahhhhh ahhhhhh sakit bang. Ahhhhhhh....." terdengar suara Andre.

Kini ku tarik tubuh Andre yang lemas dan ku dekap dari belakang. Kita sekarang berdiri dengan lutut sambil tetap ku genjot lubang Andre tanpa ampun. Ku mainkan puting susu Andre dan ku ciumi leher dan ku cipok mulutnya dengan buas. Andre berusaha mengimbangi kebuasanku tapi tak kan lah bisa karena Andre tak mengerti apa-apa tentang seks seperti ini. Aku sudah bukan menjadi diriku yang biasa, kini aku sudah memasuki mode Full Raptor. Andre bagaikan domba kecil di mulut sang Raptor yang lapar.

Aku rebahkan tubuh Andre kembali dengan posisi miring menyamping. Ku sedikit menekuk Kakinya dan memasukkan kont*lku kembali di antara celah pant*tnya lagi. Ku masih semangat menggenjot tubuh Andre.

"Sudah bang ahhhhhh ahhhhhh aku dah nggak tahan. Ahhhhh nggak kuat lagi. Ahhhhh ahhhhh ahhhhhh....." seru Andre lirih.

Aku nggak memperdulikan tubuh Andre yang sudah lemes berat. Ku tarikkan tubuh Andre ke tepi ranjang dan aku pun turun dari ranjang. Ku telantangkan tubuh Andre dan ku buka kembali selangkangan Andre dan kakinya ku angkat ke atas. Ku dorongkan kembali kontolku yang masih joss itu ke lubang Andre.

"Ahhhhh ahhhh ahhhhh.... Sudah bang.... Ahhhhh ahhhhh....." seru Andre sudah tak tahan karena abis tenaga.

Ku kocok kont*l Andre sambil ku genjot lubang Andre.

"Bang.... Aku mau keluar." seru Andre.

Aku pun mempercepat gerakan tanganku di kontol Andre dan mempercepat gerakan memompa kont*lku di lubang Andre.

"Ehhhh ahhhhhhhhhhhhhh......" lenguh Andre dan tubuhnya bergetar.

Mani Andre menyembur banyak ke perut dan sampai ke wajahnya. Sungguh pemandangan yang sangat eksotis. Aku masih memompa lubang Andre yang sudah cenat-cenut itu. Aku pun akhirnya game over juga.

"Emmmmmmmmmm......." suaraku tertahan dan memompakan mani itu ke lubang kenikmatan Andre.

Aku masih memompa lubang Andere walau kont*lku sudah menyemburkan muatannya. Akhirnya aku menghentikan sranganku dan mencabut kont*lku dari lubang Andre. Tampak cairan putih kental mengalir dari lubang kenikmatan Andre dan sedikit bercampur dengan noda merah dalam putihnya maniku. Itu adalah darah kesucian Andre yang telah ku renggut dan ku lihat sepertinya lubang Andre pun sudah menganga tak rapat seperti semula lagi seperti sebelum ku jamah. Maaf kan aku Andre, tapi aku tak menyesali perbuatan ini. Sebuah cinta yang menurutku sepadan walau itu hanya menurutku.

Hahahaha... Kau sungguh Jahat Ri.... Dasar Raptor. Kau lulus Jadi Raptor....

Aku mengambil handukku dan mengelap lelehan mani yang bercampur darah suci Andre. Aku merayap ke atas tubuh Andre dan memeluknya erat.

"Ka kau...." seru Andre protes atas perlakuanku.
"Seeettttttttttt........" ku tutup bibir Andre dengan jariku.
"Aku menyayangimu, sangat sayang." seruku lembut dan ku kecup bibir Andre dan memelukmnya erat.

Andre berhenti protes dan terdiam. Aku mengangkat tubuhnya dan Andre berpelukan erat pada tubuhku. Ku bawa Andre ke kamar mandi dan ku cium bibir Andre sesekali. Aku masih menggendong Andre di kamar mandi dan cerus menciumi bibir, leher dan tubuhnya sebelum aku menurunkannya. Aku menghidupkan keran air dan mengisi bak mandi. Kmar mandinya nggak ada showernya karena nggak kelas elit.

Ku guyurkan air yang dingin itu ke kont*lku dan ku bilas dan ku gosok senjata kesayanganku itu. Aku juga membilas tit*t Andre dan lubang kenikmatan Andre yang sudah luber tadi. Ku ambil sabun dan ku sabuni daerah ginetal itu perlahan dan lama. Ku guyurkan segayung air ketubuh Andre dan tubuhku juga. Ku sabuni seluruh tubuhku dan tubuh Andre. Andre dalam dekapanku dan ku cium bibirnya. Ku bilas sabun yang menempel di tubuh ini dan tak lupa tubuh Andre juga. Ku raih tangan Andre dan ku genggam,kan di kont*lku. Andre pun mengambil gerakan mengocok memaju mundurkan kont*lku yang lemas itu. Perlahan kont*l itu pun tegak kembali dengan kocokan lembut Andre. Ku tahan tubuh Andre agar menunduk. Andre pun paham maksudku dan kini Andre telah bersimpuh di hadapan kont*lku. Perlahan wajah Andre mendekat ku kont*lku yang sudah tegak maks. Andre membuka mulutnya dan perlahan memasukkan kepala dan batang kont*lku ke dalam mulutnya. Terasa hangat dan lembut saat lidahnya bermain menjilati kont*lku. Mulut Andre maju mundur dengan hisapannya yang lembut. Sulit untuk digambarkan suasana hati dan perasaan ini. Tanpa sadar pinggul ini turut menaju-mundurkan kont*lku di mulut Andre mengikuti irama. Ku pegang kepala andre dan ku elus rambutnya. Sesekali ku tahan kepala Andre agar kont*lku masuk lebih dalam lagi ke mulutnya.

"Eh... Uhk..." suara Andre tersedak.

Ku cabut lagi kont*lku. Sepertinya Andre tak begitu mempermasalahkan kembali perlakuanku tadi. Aku pun terus melanjutkan aksiku memompa mulut Andre dengan hujaman kont*lku. Sesekali Andre menjilat batang dan telurku. Terkadang telurku di lumat abis buat ngilu. Jilat-jilat emut. Emutan lembut dan sesekali kuat. Aku terus menghujamkan kont*lu semakin cepat di mulut Andre dan akhirnya.

"Emmmmmmmmmmhhhhhhhhh....." lenguhanku panjang.

Mani itu banjir di mulut dan sisanya ku arahkan ke bajah Andre. Aku mengankat tubuh Andre mengisyaratkannya agar berdiri. Andre pun berdiri di hadapanku. Aku mengisyaratkan agar Andre menelan maniku dan ku usapkan sisa mani yang tak banyak di wajahnya sebelum jemariku yang basah oleh mani ku masukkan ke mulutnya.

"Asin bang...." seru Andre.
"Iya... Tapi telan aja, enak kok." seruku dengan senyum penuh makna.

Kita pun akhirnya melanjutkan acara mandi lagi dengan mandi yang sebenar-benarnya mandi. Setelah mandi aku handuki Andre dan menggendongnya ke kasur lagi. Aku rebahkan tubuh Andre di kasur dan ku peluk dan ciumi bibir Andre kembali.

"Dah ah bang, dari tadi nggak jadi makan kita. Kau ini pun entah apa, dah lapar aku." seru Andre.
"Bentar lagi kenapa, lagi seru pun." seruku.
"Iya, kau yang enak tapi aku yang sakit." seru Andre lagi.
"Lah... Kau yang keenakan kok malah ngeles." seruku balas Andre.
"Is... Mampos lah. Dah hampir mati aku tadi nahankannya." Seru Andre dengan nada keras.
"Tapi kau suka kan?" tanyaku.
"Suka kayak mana?" tanya Andre.
"Ya suka kalau main itu ku tadi." jawabku.
"Is.... Entah apa, nggak jelas pun." seru Andre.
"Iya lah... 10 menit lagi ya." seruku minta tempo waktu lagi sebelum cek out.
"Iya lah, asal nggak kau tambah ronde lagi."saru Andre.
"Paling kau yang minta nanti tambah ronde." seruku.
"Enggak lah yau, kau yang paling bujukl-bujuk nanti." sru Andre.
"Kalau ku bujuk kau mau lagi?" tanyaku.
"Is... Entah sampai kapan kayak gini, dah lapar pun perutku." seru Andre.
"Kau kan dah sarapan tadi." seruku.
"Sarapan apa?" tanya Andre.
"Ya sarapan minum susu rasa keju aku tadilah." jawabku.
"Is.... Jijik. Cuih...." seru Andre.
"Jijik-jijik tapi kau telan dan nikmati juga kan?" seruku sambil tersenyum greget.
"Is... Nggak ma....." jawab Andre terhenti karena ku cium bibirnya.

Andre tak berkata-kata lagi dan matanya pun terpejam kembali. Ciuman demi ciuman hangat dan lembut bersatu dua bibir dengan air liur ini. Aku cium kening Andre.

"Aku menyayangimu." seruku membuat Andre bengong dan tersipu malu.

Wajah Andre memerah setelah ku ucapkan kata sayang barusan tadi. Bak anak gadis yang mendapatkan cinta pertamanya. Sungguh pengalalaman yang sangat luar biasa menembak anak lajang orang. Hahahaha...

"Dah yuk bang." seru Andre lagi.
"Iya-iya. Ku cek pakaian kita dulu ya, masih basah atau dah kering." seruku.

Aku pun pergi mengecek pakaian kita yang kita gantungkan di pintu kamar madni tadi. Ku pegang dan masih terasa kalau pakaian kit aitu masih terasa lembab walau nggak basah menetes airnya. Aku pun menyampakkan pakain Andre ke arahnya dann memakai pakaianku sendiri. Setelah siap-siap, kita pun pergi ke rauang loby tempat reseptionis parkir. Kita cek out dan kembali mendorong Zaki serta menanyakan prihal bengkel terdekat dari hotel ini. Pihak hotel pun menjelaskan arah mana bengkel terdekat yang bisa kita dapatkan untuk memperbaiki zaki si kereta (motor) bututku. Ternyata jaraknya lumayan lah, sekitar 800 meter lagi dari tempat kita berada sekarang. Aku pun kembali mendorong zaki yang tengah mogok.

“Bang, jadi kau mau observasi?” tanya Andre.
“Observasi yang mana?” tanyaku balik.
“Lah.... kan kau bilang ada yang mau kau cari tau.” Seru Andre.
“Oh... itu ya. Iya, tapi kita pulang dulu ke rumahmu setelah perbaiki kereta (motor)  ini.” Jawabku.
“Iya lah. Aku bilang dulu sama mamakku.”  Seru Andre.
“Ngapain?” tanyaku.
“Tapi aku mau ikut abang.” Jawab Andre.
“Lah.... siapa yang ngajak?” tanyaku sambil memasang wajah senyum palsu.
“Kayak kont*l kau itu. Mulut kau nggak bisa kau pegang ucapanmu.” Seru Andre kesal.
“Hahahaha... kau yang ngomong jorok terus pun. Iya, kita izim mamakmu dulu nanti.” Seruku.
"Dah ah." seru Andre.
"Iya... Iya... Sip, dah sampek kita di bengkel." seruku.

Sebuah bengkel kecil yang tak cukup besar, tapi aku berharap kalau zaki bisa ditangani. Kalau pun nggak bisa aku akan bisa-bisakan. Lah... Kan aku itu juga biasa preteli si zaki sebagai anak otomotif walau bengkel ayah itu bengkel mobil. Siapa bialng aku nggak bisa perbaiki kereta (motor)? Paling ayah yang sering ledek aku kalau masalah ini.

Hemmmmmm......

"Bang, tolong cekkan keretaku ya mogok nie." seruku kepada salah seorang staf bengkel yang tengah asik skir/skor klep yang fokus dengan kerjanya. Seseorang kurus mengenakn topi merek kereta (motor) yang gambar kepakan sayap. Baju lusuh dan bernoda hitam mungkin karena oli atau minyak gemuk. Abang itu pun akhirnya menoleh kepadaku untuk membantuku.

Aku terkejut melihat si abang ini.

"Lah... Kau?" tanyaku.

Bersambung.....

________________________________

Mozaik berikutnya.

Ketemu seseorang yang mengejutkanku. Dia ini kan salah satu anggota gank pareman di sekolahku, terutama kelasku. Ini anak yang ikut serta dalam pengeroyokan ku saat di rel kereta api.

Pukulan tinju ini mungkin akan menyadarkannya.

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 10)
Kesatria Yang Terbuang

Sabtu, 21 April 2018

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 8)


Jangan Bilang Siapa-siapa 

"Andre...." ku tarik tangan Andre dan ku dekap dia dalam pelukanku.

Andre terhenti sejenak tanpa berkata apa pun.

"Dah ah... Lepasin. Jijik aku nengok kau, homo." Andre berusaha melepaskan diri dari dekapanku.

Keadaan hening malam hari di penginapan dengan sebuah pelukan hangat. Gerakan Andre aku tau tak seperti biasa keras dan tajam, tapi kali ini tolakannya terasa cuma karena menutupi gengsinya aja. Kalau dari awal Andre nggak nyaman denganku, sudah jauh-jauh hari dia nggak main ke kamarku dan nggak akrab denganku. Suasana begitu tenang dan sudah tidak ada lagi tolakan dari Andre. Perlahan ku wajahku pun semakin mendekat dengan wajah Andre. Mata Andre pun terpejam seolah sudah setuju akan kelanjutan kasih sayangku. Bibir ini pun menyatu dengan bibir Andre, terasa sangat lembut.

Emmmmm....


Lidah ini bersatu saling bersahutan walau terasa begitu kaku, mungkin ini adalah kali pertama bagi Andre. Ku hentikan ciuman ini dan ku tatap wajah Andre yang kian memerah. Andre membuka matanya dan menatap mataku seolah ada sebuah rasa hangat dan tenang dari pancaran matanya.

"Andre... Aku sayang sama kau."
"Tapi abang kan punya adek, bang Andi." jawab Andre.
"Sayangku ke Andi itu wajar kalau seorang abang sayang sama adeknya, tapi menurutku kan nggak masalah kalau aku juga menyayangimu juga. Aku bingung mau bilang kayak mana, tapi yang pasti aku sayang samamu."

Andre tertunduk sejenak dan menatapku balik.

"Mau kau jadi pacar abang?"
"Eh... Aku dah ada cewek yo si Marta."
"Abang kan nggak ngurusin cewekmu, mau sepuluh pun nggak ada sangkut pautnya samaku."
"Iya-iya." jawab Andre.
"Kau sayang nggak sama abang?" tanyaku serus dengan nada berbisik di telinganya.
"Sa... Sayanglah bang."
"Ya sudah, itu dah cukup samaku."
"Aku sayang sama kau."

Andre masih dalam dekapanku dan kini lidah kita bersatu kembali. Saling bertukaran air liur, menghangatkan suasana malam ini. Lupakan semua masalah, tinggalkan beban di pundak ini yang berat ini sejenak. Aku tidak ingin kehangatan ini rusak karena semua permasalahan yang kini semakin banyak dan berat di pundak ini. Aku sangat menyayangi Andre, dan aku merasakan kenyamanan yang ku rindukan. Hari-hariku yang sepi dan penuh kekosongan, telah terisi sejak kehadiran Andre dalam hidupku. Walau berisik dan menyebalkan bisa buat naik tensi, tapi aku merasa gembira saat dia berada di sisiku. Aku tak ingin semua ini cepat berlalu.

"Andre...."
"Andre sayang sama abang kan?"

Andre menganggukkan kepalanya perlahan. Betapa bahagianya diriku bisa mendapatkan kasih sayang seseoarang yang juga ku sayangin, seorang bocah kelas VII SMP. Ku depat erat tubuh Andre dan Andre pun juga akhirnya memelukku dan melingkarkan tangannya di badanku. Ku cium lehernya perlahan.

"Ahhhh..." refleks Andre sambil menggelinjang.

Terlihat kalau rambut-rambut halus di tangan dan lehernya berdiri.

"Kenapa Ndre?" tanyaku.
"Ge... Geli bang, kenak kumis abang." jawab Andre.
"Tahan dikit lah, kan nggak digigit." bisikku.
"I... Iya bang. Ekk..." jawab Andre sambil menahan geli di lehernya.

Pahaku tersentuh oleh sesuatu benda tumpul yang keras yang terlapisi kain. Sebuah getaran yang timbul dari desah nafas Andre yang tersenggal-senggal. Andre berusaha sekuat tenaga untuk menahan geli, karena mungkin daerah leher adalah salah satu bagian yang sangat sensitif dari tubuh Andre. Aku mulai merunduk dan menyusuri leher Andre turun ke bawah, maka ku dapati sebuah dada yang bidang. Tubuh Andre tidak begitu gemuk atau kurus banget, menurutku cukup bagus dengan warna kulit yang agak kecoklatan. Walau kulit Andre tidak lah putih seperti orang Cina, tapi menurutku sangat eksotis warna kulitnya khas pribumi Indonesia.

Perlahan ku cium puting Andre kiri dan kanan yang tak mengenakan baju. Terlihat Andre sedang menahan geli yang dirasakannya. Detak jantungnya berdegup dengan kencangnya, tampak telihat getaran itu di dadanya.

"Ehhhh.... Ehhhh...." suara erangan kecil Andre mulai terdengar dari bibirnya yang pink itu.

Aku tak ingin berhenti di sini dan aku menyusuri berut Andre dan memberikan kecupan-kecupan ringan di pertunya yang tak begitu sixpack, tapi terasa juga kotak-kotak perutnya sedikit.

"Ehhhhh..." suara Andre melenguh.

Tangan Andre memegang kepalaku dan memberikan sedikit tekanan mengisyaratkan agar aku menjauhkan kepalaku dari perutnya. Tapi tekanan itu tidaklah begitu berarti, aku masih melanjutkan ciuman manjaku di perut Andre. Aku masih belum selesai sampai di sini, aku masih ingin melanjutkan kehangatan cinta ini lagi ke bawahnya. Terasa sesuatu benda tumpul tegak menjulang menantang langit, sesuatu yang tadi ku rasakan di pahaku, perutku dan kini di wajahku. Aku cium perlahan dan lembut dari balik sebuah handuk yang Andre kenakan saat ini. Andre berusaha memberikan dorongan ke kepalaku untuk aku meninggalkan bagian itu, tapi aku masih ngotot dan bersikeras tak ingin lewatkan suatu hal penting. Ku buka perlahan handuk Andre ke bawah, tapi tangan Andre memegangi erat handuknya. Aku masih membenamkan wajahku di tengah selangkangan Andre yang masih ada handuknya.

"Baa..ng.... Ja...jangan." pinta Andre dengan nada terputus dan tertahan.

Aku tarik kepalaku dan menatap wajah Andre. Ku lihat nafas Andre sudah ngos-ngosan, tak tahan menahan rasa deg-degan ini. Tanganku masih berusaha melolosi handuk Andre, tapi tangan Andre masih enggan melepaskan pegangannya darihanduk yang terlilit di pinggangnya. Perlahan tapi pasti, handuk Andre mulai turun terlepas dan mulai terlihat serumpun rambut halus yang tak begitu banyak dari pangkal sebuah senjata tumpul.

"Ja..jangan bang." sekali lagi Andre menahanku.

Aku masih saja menarik celananya perlahan dan akhirnya celana Andre turun juga sampai ke pahanya. Andre berusaha menutupi senjatanya dengan kedua tangannya, tapi aku membujuk Andre dengan memberi isyarat agar Andre membuka kedua tangannya. Akhirnya tangan Andre dibukanya perlahan dan sebuah benda tumpul yang ukurannya kira-kira segenggamanku berwarna cokelat terang terkacung di hadapanku. Sebuah senjata pusaka yang sangat privasi dan menjadi simbolis untuk keperkasaan seoarang pria. Dan aku tidak ingin menunggu lama lagi.

"Baa...ng... Jang...^$#.." larangan Andre tertahan dan berhenti keluar dari bibirnya.

Hap...

Senjata tumpul Andre sudah menghilang dari pandangan. Mulut ini telah menyembunyikan senjata Andre yang seukuran segenggamku.

Emmmmm....
Emmmmm....

Tangan Andre berusaha melepaskan kepalaku dari senjatanya. Tapi sepertinya Andre sudah tak memiliki cukup tenaga untuk melawan rasa ini.

"U... Udah bang... Gee... Geliii." seru Andre sambil sersenggal-senggal.

Aku mempercepat gerakanku maju mundur dengan memainkan lidahku di benada tumpul kepemilikan Andre. Sekarang tangan Andre tak lagi mendorongku tapi meremas rambutku yang hitam dan berpangkas pendek walau sudah agak panjang. Tubuh Andre bergetar seperti tak dapat menahan sensasi yang luar biasa ini. Aku tak bisa menahan rasa haus ini, haus yang tak dapat hilang dengan seceret air.

"Uggg... Uggg..." suara Andre tertahan.

Andre terlihat menggit bibirnya sambil meremas rambutku keras.

"Ugggg... Uggggg..." erangan Andre tertahan.

Aku masih saja melancarkan seranganku dan ku percepat gerakanku.

"Ugggg.... Bang, aku mau kencing...." seru Andre.
"Ud%#$h ken%#$ng aja." suaraku tak jelas (sudah kencing aja) jawabku.
"Uggggg......" suara Andre tertahan sambil mencengkram rambutku keras.

Andre menahan kepalaku dan...

Glegg glegg...

Sesuatu yang hangat dan agak asin terasa di lidahku  terus mengalir ke krongkonganku. Tubuh Andre bergeta hebat dan ku lepaskan mulutku dari kont*l Andre.

Pop...



Tubuh Andre terkulai lemas kehilangan pondasi. Kakinya yang gemetaran itu tak sanggup lagi menahan berat bobot tubuhnya. Aku memeluk tubuh Andre yang lemas tak bertenaga, kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri. Akhirnya ku gendong tubuh Andre dan ku baringkan di atas kasur yang empuk. Suasana kamar masih sangat tenang di tambah cahaya lampu yang terang. Nafas Andre masing tersenggal-senggal dan tubuhnya masih terbujur lemas tak bertenaga. Ku pandangi tubuh Andre dari ujung rambut ke ujung kakinya. Perlahan aku mendatanginya dan mendekap tubuhnya yang masih terkulai lemas. Sebuh pelukan hangat. Ku cium leher Andre dan ku rasakan tariak nafasnya di telingaku.

"Emmmmhhhh..... Emmmmmmhhhhh...."

Ku ciumi terus lehernya, tapi aku nggak mau membuat sebuah cupangan karena bisa bahaya kalau buat barang bukti yang tampak jelas.

"Ehhh...." erang Andre.

Sepertinya kumis tipisku menggelitik lehernya membuat rambut-rambut halus di tangan dan lehernya menjadi berdiri. Nafas Andre masih tersenggal-senggal dan aku masih mengecupi lehernya. Aku menurunkan kepalaku menuju dada Andre. Ku naikkan kaos putih yang dikenakan Andre sehingga menampakkan perut dan puting Andre yang terlihat mengeras. Perlahan ku berikan emutan lembut pada puting Andre kiri dan kanan dengan sesekali menggigitnya kecil.

"Ahhhhh.... Emmmmm...." terdengar erangan dan suara Andre yang tertahan.

Andre berusaha menahan rasa geli itu dan sekali lagi tangannya mendorong kepalaku agar meninggalkan daerah putingnya. It's Okay... Aku turun ke perut Andre dan ku jilati perut Andre yang mulus yang sedikit terlihat kotak-kotak tahu di perutnya. Ku jilati bagian pusarnya dan seluruh perutnya yang agak sixpack itu.

"Ahhhh... Baaaanggg... Geliiiii." Andre mendorong kepalaku lagi karena tidak tahan menahan rasa nikmat yang mungkin geli juga iya sih.

Sekarang terpampang kont*l Andre yang sedang layu tak bertenaga karena sudah kehilangan powernya tadi. Aku emut kont*l Andre yang masih lemas itu dan menjilati batang dan bijinya. Tubuh Andre menggeliat-geliat kayak ulat bulu karena mungkin merasakan rasa geli yang sangat geli atau malah rasa ngilu yang sanagat ngilu karena habis ngecrot tadi.

"Udah bang... Hennn....tikan." seru Andre sambil berusaha mengangkat kepalaku dari kont*lnya.

Aku pun menyudahi permainan lidahku di kont*l Andre. Sesekali aku tatap wajah Andre yang sudah keringat dingin sampai kembali ke kont*l Andre pandanganku. Nafas Andre masih ngos-ngosan kayak abis maraton. Aku menatap wajah Andre dan kemudian mendekatkan wajahku ke kont*l Andre. Aku jilati biji Andre tapi lagi-lagi tangan Andre mendorongku agar menjauh. Perlahan ku buka selangkangan Andre dan ku angkatkan kaki Andre ke depan. Sebuah matahari kecil terekspos di depan mataku.

"Baaanggg.... Abang mau ngapain?" tanya Andre.

Aku tak menjawab pertanyaan Andre, hanya melempar senyum saja dengan penuh maksud. Andre pun membuang pandangannya ke tempat lain tak memperhatikanku dan memejamkan matanya. Sip... Menurutku itu jawabannya iya dari Andre. Perlahan aku menjilati matahari Andre yang tertutup rapat berwarna pink. Terdengar suara erangan Andre pelan.

"Ahhhhhh... Ahhhhhh... Ahhhhhhhh...."

Andre mengerutkan dahinya sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat yang mungkin juga geli ini.

"Hemmmmm.... Ahhhhh... Ahhhhhh....."

Rasanya nggak enak sih dan aromanya juga sebenarnya nggak sedap, tapi enah kenapa aku tak bisa berhenti menjilati matahari Andre. Matahari Andre sudah sangat basah karena penuh dengan air liurku. Aku menghisap jari telunjukku dan melumurinya dengan air liurku kemudian mencoba memasukkannya ke matahari Andre yang sempit. Perlahan jari itu ku masukkan.

"Ah..... Aduh, duh, duh.... Sakit bang." seru Andre sambil menutupkan tangannya di matarinya.

Aku menatap wajah Andre penuh harap sambil memberikan isyarat kalau semua akan baik-baik saja.

"Sakit bang..." seru Andre lagi.
"Iya... Pelan-pelan loh."

Andre menganggukkan kepalanya dan perlahan membuka jemari-jemarinya yang menutupi sebuah matahari kepemilikannya.

"Tahan dikit ya!" pintaku.

Andre pun menganggukkan kepalanya.

Ku perbanyak pelumas air liur di jariku dan memasukkannya kembali ke matahari Andre.

"Hemmkkk...." Andre menahan rasa sakit di mataharinya.
"Tahan ya Ndre." pintaku.

Aku pun mencoba memasukkan jari telunjukku lagi dengan banyak air liurku, perlahan dan sekali lagi. Aku ulangi untuk memeberikan air liurku di jari telunjukku dan memasukkannya lagi. Andre masih mengeluarkan suara-suara tertahan karena mungkin masih ngilu kalau dimasukkan jari. Aku emut kont*l Andre dan menjilati biji Andre sambil telunjukku berusaha ku masukkan kembali ke mataharinya. Kont*l Andre perlahan hidup kembali dan suara desahan Andre pun mulai terdengar lagi.

"Ahhhhhh..... Ahhhhhh..... Ahhhhhh......"
"Emmmmm.... Emmmmm......" bibir Andre dikatupnya keras menahan pancaran kenikmatan pada kont*lnya.

Jariku sudah mulai lancar memasuki matahari Andre tapi dengan begitu banyak pelumas air liur yang ku pergunakan. Aku menambahkan satu jari lagi yaitu jari tengahku.

"Ahhhh.... Sakit." teriak Andre.

Kont*l Andre menjadi lemas lagi tapi aku terus emut dan beri rangsangan pada kont*lnya. Jari telunjuk dan jari tengahku bergantian masuk ke matahari Andre dan sesekali ku masukkan keduanya.

"Ahhhh.... Sakit bang." tangan kanan Andre meremas tangangan kiriku erat sedang tangan kirinya meremas sepre kasur erat.

Aku masih ulang-ulangi lagi memasukkan jariku satu atau dua secara bergantian dan Andre meremas-remas tanganku dan sepre kasurku sambil mengerutkan wajahnya."

"Saaa....kiiiitttt....." ucapannya terpotong-potong.

Setelah cukup lama melakukan penetrasi dan ku rasa sudah cukup, ku letakkan sebuah bantal di bawah pinggang Andre. Handuk yang ku kenakan tadi aku tak tau sejak kapan sudah terlepas, mungkin karena banyak gerak dan jatuh. Ku naikkan kaki Andre ke atas sambil ku buka selangkangannya lebar kemudian aku mendekati selangkangan Andre berjalan dengan kedua lututku. Ku beri kont*lku pelumas liur yang cukup banyak dan ku tatap wajah Andre yang penuh dengan keringat sambil mengerutkan wajahnya. Aku menarik nafas panjang dan....

"Tahan ya!" seruku.

Kont*l ini berada tepat di hadapan matahari Andre dan......

Tap....

"Hemmmggggggghhhhhhh......" suara Andre tertahan sambil meremas sepre kasurku keras.
"Ahhhhh....." akhirnya Andre nggak dapat menahan rasa sakitnya.
"Sakit bang.... Hiks... Hiks...." mata Andre mulai berair dan suara Andre pun terisak-isak.

Hiks... Hiks....

Kont*lku sudah masuk setengahnya dan aku mendiamkan kont*lku tanpa ada gerakan. Aku berusaha menenangkan Andre.

"Andre... Maaf ya, tapi tahan sebentar lagi ya! Andre sayang kan sama abang?" aku mencoba menenangkan Andre.

Andre pun menganggukkan kepalanya.

"Tapi sakit bang...."

Hiks.... Hiks.....

"Iya... Maaf ya. Tapi Andre harus kuat ya jangan nangis, Andre kan anak laki." bujukku.

Aku masih mendiamkan kont*lku di matahari Andre kemudian memelukknya dalam keadaan masih tertancap kont*lku. Ku cium bibir Andre perlahan dan lidah kita pun saling beradu kembali. Ku genggam kont*l Andre sambil ku buat gerakan naik turun. Kont*l Andre mulai keras lagi dan ku coba untuk merangsang Andre kembali agar rasa sakit itu sedikit teralihkan. Perlahan kont*lku ku tarik dari matahari Andre dan ku lihat ada sedikit bercak berwarna merah di kont*lku.

Maafkan aku Andre kareana nafsu bejatku kau harus kehilangan kesucianmu. (Jahat)

Ku berikan kont*lku pelumas air liur kembali yang banyak dan matahari Andre pun ku berikan air liurku yang banyak agar bisa masuk kont*lku dengan mudah. Sekali lagi kont*lku ku tempelkan tepat di matahari Andre dan Andre pun sudah siap-siap untuk hal ini. Perlahan ku tekan kont*lku di matahari Andre dan kepalanya sudah mulai terbenam. Andre terlihat mengerang menahan sakit sambil meremas sepre kasur kencang. Terlihat Andre menggigit bibir bawahnya dan ada tetasan air mata yang mengalir di pipinya.

"Hukkkk.... Sakit bang. Mau berak aku."
"Tahan ya." seruku.

Kalau kont*l masuk ke matahari untuk awal-awal emang terasa seperti mau berak, karena matahari itu masih terasa sempit. Kont*lku terjepit sangat-sangat terjepit. Andre mengerangkan pant*tnya sehingga kont*lku semakin terjepit. Aku nggak tahan kalau lama-lama dalam keadaan seperti ini. Perlahan kont*lku ku tarik dan ku dorong kembali membuat gerakan memompa. Perlahan dan pelan kemudian ritmenya ku tambah sedikt demi sedikit.

"Ah ah ah ah ah ah ah ahhhhhhhhh..... Ahhhhhhhhhh. Sakit bang.... Ah ah ah ah...."
"Ah ah ah ah ah ah ah ah ahhhhhh ah ah ah ah ah ah ahhhhh."
"Emmmmm emmmmm emmmmm emmmmm." Andre menutup mulutnya erat.

Andre sesekali berusaha mendorong pinggulku dari mataharinya dan sesekali meremas dan memukul-mukul kasur.

"Ah ah ah ah ah ah.... Pelan bang.... Ah ah ah ah... Jangan dalam-dalam. Ah ah ah ah ah...."

Aku masih terus memompa matahari Andre yang legit dan sempit. Kont*lku tersa terjepit dan terhisap, aku tak tau bagaimana menggambarkan keadaan ini. Ahhhh ahhhhh ahhhhhh aku juga ikutan meracau.

"Ah ah ah ah ah ahhhhhhh..... Sakit bang. Ah ah ah ah ahhhhh.... Masih lama bang? Aaaaakkuuu... Nnnnggggak kuuuaaat laaaagiiiiiii..... Ah ah ah ah ahhhhhh....." suara Andre tersenggal-senggal.
"Tahan yaaaa...... Beeentar laagiii...." jawabku yang masih asik.

Keringatku mulai bercucuran membasahi tubuh Andre yang tepat di bawahku yang sebenarnya juga dah basah karena keringatnya juga. Aku masih memompa Andre untuk beberapa waktu dan akhirnya waktunya tiba.

"Ahhhh ahhhh ahhhhh ahhhhhh..... Ndre.... Aku keluar. Ahhhhhhh......." lenguhku.

Kont*lku pun berkedut kedut memompakan cairan semen (sperma) ke dalam tubuh Andre. Terasa hangat dan aku nggak bisa gambarkan jelas masalah ini, pokoknya enak. Perlahan ku tarik kont*lku dari matahari Andre.

Plop....

Terlihat matahari Andre terbuka menganga setelah menerima hujaman kont*lku. Aku jadi kasihan melihat hal ini terjadi pada Andre yang seharusnya ku lindungi dan ku ayomi tapi harus berakhir begini. Begitulah kalau sudah nafsu yang berbicara, maka akal sehat pun jadi bodoh dibuatnya. Perlahan cairan semen itu mengalir keluar dari matahari Andre, putih dan ada juga sedikit noda merah di putihnya cairan semen kepemilikanku itu. Ku ambil handukku dan ku lap lelehan cairan semen itu di matahari Andre sampai bersih tak bersisa. Maafkan aku Andre.

Aku menatap wajah Andre yang sudah ngos-ngosan dan penuh dengan keringat. Matanya sayu dan akhirnya Andre pun menangis lagi.

Hiks... Hiks....

Air mata Andre mengalir di pipinya dan bibirnya pun tertutup rapat. Tersirat kekesalan dan kekecewaan dari raut wajahnya. Aku harus berbuat apa? Maaf kan aku Andre.

"Abang jahat."

Hiks... Hiks....

Aku pun tak bisa berkata banyak. Ku perlahan mendatangi dan mendekap tubuh Andre yang yang terbaring lemas di kasurku. Ku peluk erat tubuh Andre dan ku katakan....

"Maaf kan abang ya. Abang janji akan menjagamu dan selalu menyayangimu. Janji."
"Huhhhhh....... Huuuhhhhhhhh........" Andre memukul-mukul dadaku dengan tangannya walau tak bertenaga.

Aku memeluk Andre dan berusaha menenangkannya yang masih nangis. Aku terus mendekapnya dan mendekapnya sampai semua menjadi tenang dan hening.

******

Aku terbangun dari tidurku dan terasa berat tubuh ini untuk digerakkan. Kepalaku masih terasa pusing dan ku ingat-ingat memori apa yang terasa dan tergambar.

Hemmmmm.... Ada Andre di kasur bersamaku? Kenapa anak ini di sini ya? Ini kayaknya bukan kamarku deh.
 Hemmmmm.... Nggak pake celana, loh... Aku juga nggak pake celana! Jadi ingatan itu nggak mimpi, ini beneran ya? Duh.... Aku baru ingat ini kayaknya pagi ini aku tidur bugi bareng Andre.. Goblok....

Andre terbangun dan duduk bersamaku di kasur.

"Aduh duh duh duh.... Ah... Sakit."
"Apanya yang sakit?" tanyaku.
"Is..... si bodoh ini. Cir*tku lah yang sakit, pulakeh kau mabuk kecap nggak ingat kau tadi ngapain. Anj*ng."
"Iya... Iya.... Dah ingat aku." jawabku.
"Eh... Tapi jangan bilang siapa-siapa ya yang tadi? Apa lagi sama mamakmu." pintaku mememlas.
"Is... Ku bilang sama semua orang nanti, sama mamakku juga." ancam Andre.
"Eh... Jangan lah... Pliiiisssss..... Nggak kasianlah dia sama abangnya." bujukku.
"Abang... Abang... Kayak kau abang, puk* lah sama kau. Jahat kau gitu." jawab Andre sinis.

Duh... Gawat nie kalau sampai bocor ke luar kejadian ini, bisa dikebiri aku. Ohhh..... Noooooo.....

Aku tertunduk lesu dan terdiam meratapi nasibku yang nggak jelas ini. Suram kali masa depanku kala harus masuk bui karena maslalah ini dan pasti Ayah akan malu dan marah besar. Dasar anak nggak berguna, malu-maluin keluarga aja. Nasiiiiiiiiiiiiibbbbb nasiiiiiiiiiiiiiibbbbbbbbbbbb.

"Bang! Bang.... Kau kenapa?" teriak Andre.

Aku terdiam dan membisu.

"Is... Pekak kali lah kupingnya. Bukan nyahut dipanggil, eeeeeee.. e e......." seru Andre.
"Bang, nggaknya ku bilang sama orang lain." bujuk Andre.

Aku mengangkat wajahku dan menatap wajah Andre.

"Betulnya itu?" tanyaku ragu.
"Betul lah. Dah besar pun aku, malu lah kau kalau masuk tipi nanti mukakku. Is... Si bodoh ini." seru Andre sambil jitak kepalaku.

Tak....

"Ih... Kim*k nya anak ini." seruku sambil ku kunci leher Andre.
"Is.... Lepas bodat, nggak bernafas aku." seru Andre sambil berusaha melepaskan kuncianku sambil berusaha memukul-mukulkan tangannya di kepalaku.
"Mampus kau." seruku.
"Is... Tanggung jawab kau bang, hamil aku nanti kau buat gitu tadi."
"Ih... Anak monyet ini. Woi... Laki kau woi.... Sadar!" seruku.
"Kau yang sadar, nggak ada otakmu. Dah taunya kau aku laki, kau kent*ti juga. Kan begu (hantu) lah kau."
"Bang... Dah pagi ini belum sarapan aku, lapar. Kereta (motor) kau juga masih rusak." tambah Andre.
"Iya... Iya.... Makan kita di sekitaran penginapan." jawabku.
"Eh... Tanggung jawab kau nanti kan bang, kau nafkahi anakmu di perutku ini. Kau kasi lah aku uang belanja tiap hari, kalau aku ngidam kau turutilah nanti anaknya bodoh kalau nggak turuti." seru Andre.
"Is.. Anak ini, lintah darat." jawabku.
"Mampus kau situ. Kau yang berbuat ya tanggung jawab lah kau bang."
"Iya-iya.... Aku kasi nafkah nanti, kalau ngidam ku turuti."
"Betul ya kau bilang itu." seru Andre.
"Iya... Betol itu." jawabku.
"Oke.... Ku pegang kont*l kau! Eh.... Ku pegang janji kau ya bang." Andre cengengesan.
"Is... Masih mau kont*l kau? Nah kalau kau mau biar ku kasi." seruku sambil menyodorkan kont*lku yang belum terbungkus kain apa pun.
"Is... Cepatlah kita berangkat! Dah lapar aku. Anak kau ini di sini dah lapar, minta sarapan lontong." seru Andre sambil menunjukkan perutnya padaku dengan wajah cekikikan.

Begitulah seterusnya.

Bersambung.....

________________________________

Mozaik berikutnya.

Hemmmm.... Dalam mozaik ini belum kepikiran apa yang akan ku tulis. Jadi liat aja nanti ya. Hehehehe....

KESATRIA PENJAGA (Mozaik 9)
None